Rabu, November 20

MAKALAH PUPUK KOMPOS

BAB I

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Limbah padat dari buangan pasar menghasilkan jumlah yang cukup besar tiap harinya. Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.

Limbah padat merupakan bahan buangan yang yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menimbulkan gangguan lingkungan dan bau yang tidak sedap. Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbah padat, yaitu dengan menggunakan teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi.
Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organik.
Proses pengomposan adalah proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali. Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge, 1991).
Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain: Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, membantu proses pelapukan dalam tanah.
Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65 – 70oC sehingga organisma patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati. Dan pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya menyengat tidak akan muncul. Proses pengkomposan umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu terendah yang konstan dan kestabilan materi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban, konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH), ukuran bahan.Mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme bekerja optimal. Kebutuhan oksigen dalam pembuatan kompos yakni berkisar antara 10-18%. Temperatur optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55°C. Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan adalah berkisar antara 25-25. Derajat keasaman yang terbaik untuk proses pengomposan adalah pada kondisi pH netral yakni berkisar antara 6-8. Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik berkisar antara 1-7,5 cm.

1.2   Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat makalah ini adalah sebagai berikut
a).   Mengetahui bagaimana  peranan dari mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk kompos.
b).   Mengetahui bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.

1.3  Manfaat

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat hasil penulisan makalah ini dapat memberikan kontribusi teori bagi penulisan laporan hasil penelitian yang lain yang sejenis dengan judul laporan hasil penelitian ini.
Secara praktis, hasil makalah ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai berikut :
a)    Menjadi bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis peranan mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk kompos..
b)    Menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk kompos serta bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.



BAB II

METODELOGI PELAKSANAAN


2.1.        Kajian Pustaka
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah.  Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12. Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan 3 cara yaitu cara Krantz, Indore, dan Macdonald.
Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat dipergunakan.
Cara Indore yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah, bahan organik, dll) ditumpuk berlapis-lapis setinggi ± 60 cm dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x 2,5 cm. Setiap lapis tingginya sekitar 15 cm, jadi bagi ketinggian 60 cm harus dibuat 4 lapis. Diantara lapisan-lapisan diberikan pupuk kandang sebagai lapis yang tipis, atau disiram dengan cairan pupuk kandang. Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan kompos itu secara teratur, yaitu pada hari ke15, 30 dan 60. Pembalikan ini dimaksud untuk meratakan penguraian. Pada pembalikan ini lapisan 1 dan ke 4 disatukan dan jua lapisan ke 2 dan ke 3 disatukan dan tumpukan ke 1 diletakkan dibawah dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur kompos 60 hari kedua tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara merata. Agar kompos tetap dalam keadaan anaerob perlu ditempatkan dibawah atap agar tidak terkena air hujan.
Cara Macdonald menggunakan bahan-bahan mentah, (batang-batang kecil dan daun-daunan, serasah atau sampah tanaman) dimasukkan kedalam tempat tumpukan bahan-bahan mentah dan mencapai tinggi sekitar 1 m, setiap 20 cm tinggi tumpukan diberi aktifator misalnya pupuk kandang atau sayuran yang telah busuk untuk pengembangan bakteri. Didalam tumpukan itu akan menimbulkan panas, dalam keadaan panas biji-biji tanaman dan larva hama tanaman dapt terbunuh. Pada waktu kering segera siramkan cairan pupuk kandang secukupnya dan kemudian tutup kembali. Setelah 2 sampai 3 bulan kompos dapat digunakan (Sutejo, 2002).

2.2.        Metode Pembuatan Kompos Cair
Pada dasarnya sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat dan wadah yang disebut komposter yakni tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan didalam atau diluar ruangan yang bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter adalah sebagai berikut:
a).   Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan dan daging segar agar terpisah dari sampah lainnya.
b).   Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna.
c).   Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
       Tata cara penggunaannya sebagai berikut :
1).   Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter
2).   Kedua, isi sprayer dengan air, sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun bila terpaksa menggunakan air PAM maka harus diendapkan dulu selama satu malam agar kaporitnya menguap, karena kaporit bisa mematikan mikroba yang ada didalam biosca.
3).   Ketiga, tambahkan biosca kedalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah 1-2 tutup botol biosca.
4).   Keempat, kocok-kocok sampai merata, setelah itu cairan siap digunakan.
d)    Setelah sampah terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya kedalam komposer, lalu semprotkan biosca hingga merata keseluruh sampah dan tutup rapat komposter.
e).   Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu, selanjutnya pemanen lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.
Biosca itu sejenis bioaktivator untuk pengomposan yang dapat disubstitusi dengan EM4 dan dapat dibeli di toko-toko pertanian.

2.3.        Metode Pembuatan Kompos Padat
Bahan dan Komposisi :
a).   100 kg arang sekam berambut
b).   200 kg kotoran hewan
c).   3-5 kg dedak/bekatul
d).   0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air
e).   0,5 liter bakteri
f).    Air secukupnya
       Cara Pembuatan :
1).   Arang sekam, kotoran hewan, dedak dan gula dicampur hingga merata sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh, jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung.
2).   Campurkan bakteri kedalam air kemudian siramkan
3).   Tutup dengan plastik atau daun-daunan.
4).   Tiap dua hari sekali siram dengan air dan diaduk-aduk.
5).   Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.

2.4.        Ciri-Ciri Kompos Jadi
Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan, sampai dengan jadi kompos, selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos.



Ciri-ciri kompos yang sudah jadi dan baik adalah :
a).   Warna kompos biasanya cokelat kehitaman
b).   Aroma kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mngeluarkan aroma tanah.
c).   Apabila dipegang/dikepal, kompos akan menggumpal, apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

2.5.        Penyimpanan Kompos
Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan 1-2 bulan untuk mengurangi unsur beracun, walupun penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti nitrogen. Tapi secara umum kompos yang disimpan terlebih dahulu lebih baik. Dalam penyimpanan kompos yang perlu diperhatikan adalah:
a).   Jaga kelembaban jangan sampai kurang dari 20 persen dari bobotnya.
b).   Jaga supaya tidak terkena sinar matahari langsung (ditutup).
c).   Jaga supaya tidak kena air/hujan secara langsung (ditutup).
d).   Apabila akan dikemaspilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak mudah rusak. Bahan kemasan tidak tembus cahaya matahari lebih baik.

2.6.        Keunggulan Kompos
Pupuk organik mempunyai banyak keunggulan bila dibandingkan pupuk buatan atau kimia (anorganik) antara lain:
a).   Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan.
b).   Pupuk organik mengandung asam organik yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna bagi tanaman juga bagi mikroorganisme.
c).   Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah terutama sifat biologis tanah.
d).   Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
e).   Menjadi penyangga pH tanah.
f).    Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
g)    Membantu menjaga kelembaban tanah.
h).   Aman dipakai walau dalam jumlah besar sekalipun.
i).    Tidak merusak lingkungan.




BAB III
PENUTUP

3.1.        Kesimpulan
Pembuatan kompos memerlukan cairan bioaktivator dan bakteri/ mikroorganisme untuk mengurai dan mempercepat pengomposan menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah.
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari pupuk organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk organik adalah sebagai berikut:
a). Kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang
b). Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
c). Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup
3.2.        Saran
Dalam hal ini penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
a).   Sebaiknya dalam melakukan percobaan pembuatan pupuk kompos harus dilakukan secara serius dan cermat serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya agar hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.




DAFTAR PUSTAKA


Agassiz & Hog Producers, 1996. Large Scale Utilization and Composting of Yard Waste. www.edis.ifas.ufl.edu. (Diakses tanggal 22 April 2013)


Anonimous,  2005. Kompos Dari Sampah. www.brdp.or.id. (Diakses tanggal 22 April 2013)


                  ,  2006. Composting. www.ppc.health.nsw.gov.au. (Diakses tanggal 22 April 2013)



Djuarni, Nan dkk,  2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta


Indriani. Yovita Hety,  2003 . Membuat Kompos Secara Alami . Penebar Swadaya : Jakarta.


Susetya.  Darma,  2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik Untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Pustaka Baru Press: Sleman Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar