Minggu, Januari 27

Makalah Sosiologi Pedesaan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sosiologi pedesaan tumbuh pertama kali dan berkembang di Amerika Serikat. Pada mulanya ilmu ini bermula dari para pendeta Kristen yang hidup di daerah pedesaan (pertanian). Mereka tidak hanya memiliki permasalahan dalam kehidupan sosial mereka karena kedatangan para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan, namun mereka juga mencoba menuliskan bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan di bagian utara negara itu.
Sosiologi pedesaan pada saat itu cenderung dirangsang untuk ikut memperbaiki kehidupan masyarakat desa Amerika Serikat. Maka salah satu ciri khas Sosiologi Pedesaan adalah penekanannya pada aspek praktis, sekalipun masih dalam kategori ilmu murni (pure science). Di samping itu Sosiologi Pedesaan juga masih dilekati oleh komitmen moral yang kental untuk memperbaiki (membangun) kehidupan masyarakat desa. (Sugihen Bahrein T, 1991)

Dalam Undang-Undang no. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dalam pasal 1 yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Sedangkan desa dalam pengertian umum adalah desa sebagai suatu gejala yang bersifat universal, dan terdapat dimana pun di dunia ini. Dan desa dalam pengertian khusus adalah perbedaan-perbedaan yang terdapat pada suatu desa tertentu dari berbagai negara yang merupakan ciri khusus dari desa tersebut.
Diferensiasi sosial sebagai faktor penentu terhadap karakteristik desa dan kota, secara ringkas dapat dirumuskan bahwa kota memiliki tingkat diferensiasi yang tinggi dibanding dengan desa. Yang dimaksud dengan diferensiasi sosial disini adalah pengelompokan-pengelompokan (groupings) yang ada dalam suatu masyarakat baik dalam hal jumlah, variasi, maupun kompleksitasnya, tanpa menempatkannya dalam suatu susunan yang bersifat hierarkis. (Rahardjo, 1999)
Stratifikasi sosial (pelapisan sosial) yang juga sebagai faktor penentu terhadap perbedaan karakteristik antara desa dan kota, Penggolongaan atau pembedaan artinya setiap individu menggolongkan dirinya sebagai orang yang termasuk dalam suatu lapisan tertentu (menganggap dirinya lebih rendah atau tinggi daripada orang lain) atau digolongkan ke dalam lapisan tertentu. Dengan demikian sebenarnya pelapisan sosial merupakan proses menempatkan diri dalam suatu lapisan (subyektif) atau penempatan orang ke dalam lapisan tertentu (obyektif).
Interaksi sosial juga sebagai faktor penentu, secara umum dirumuskan bahwa jumlah kontak sosial pada masyarakat kota jauh lebih banyak dan bervariasi dibanding dengan masyarakat pedesaan. Jenis – jenis mata pencaharian masyarakat kota yang sangat bervariasi memungkinkan terjadinya banyak kontak sosial diantara mereka.
Solidaritas sosial juga merupakan faktor pembeda dan penentu perbedaan karakteristik desa dan kota, secara umum dirumuskan bahwa solidarita sosial masyarakat pedesaan lebih didasarkan pada kesamaan-kesamaan, sedangkan pada masyarakat perkotaan justru didasarkan atas perbedaan-perbedaan. Sebagai konsekuensi dari adanya kesamaan-kesamaan sebagai dasar solidarita, masyarakat desa cenderung menciptkan hubungan-hubungan yang bersifat informal dan non-kontraktual.

B.     Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis akan mencoba untuk membahas tentang “IDENTIFIKASI KONSEP PERTANIAN TERPADU DI KP4 UGM DAN KARAKTERISTIK SOSIOGRAFI DI POKTAN/GAPOKTAN DI KECAMATAN PADAS KABUPATEN NGAWI “ yaitu sebagai berikut :
1.    Bagaimana Karakteristik Geografis di KP4 UGM dan di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi ?
2.    Apa Syarat yang diperlukan dalam aplikasi teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana Persediaan sarana prasarana di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi?
3.    Bagaimanakah Penerapan Teknis Operasional Teknologi di KP 4 UGM dan Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Kegiatan Kemasyarakatan di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi?
4.    Jenis inputan apa saja dalam penerapan teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana pola interaksi masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi?
5.    Apa permasalahan dan kendala yang ditemui dalam penerapan teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana tingkat kohesi dan topologi stratifikasi sosial masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi?
6.    Bagaimanakah Dampak Sosial bagi lingkungan sekitar KP4 UGM dan Bagaimana Norma yang di anut masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi?

C.     Tujuan Penelitian
Pada dasarnya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, begitupun dengan penulisan karya ilmiah ini.
Untuk lebih jelasnya, penulisan makalah ini mempunyai tujuan yang ingin dicapainya, tujuannya adalah sebagai berikut :
1.    Penulis ingin mengetahui, bagaimanakah Bagaimana Karakteristik Geografis di KP4 UGM dan di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
2.    Penulis ingin mengetahui, Apa Syarat yang diperlukan dalam aplikasi teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana Persediaan sarana prasarana di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
3.    Penulis ingin mengetahui, bagaimanakah Penerapan Teknis Operasional Teknologi di KP 4 UGM dan Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Kegiatan Kemasyarakatan di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
4.    Penulis ingin mengetahui, Jenis inputan apa saja dalam penerapan teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana pola interaksi masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
5.    Apa permasalahan dan kendala yang ditemui dalam penerapan teknologi di KP4 UGM dan Bagaimana tingkat kohesi dan topologi stratifikasi sosial masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
6.    Bagaimanakah Dampak Sosial bagi lingkungan sekitar KP4 UGM dan Bagaimana Norma yang di anut masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.


D.   Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa manfaat, antara lain :
Pertama, Untuk mengetahui karakteristik teknologi yang diterapkan di KP4 UGM dan karakteristik Sosiografi Masyarakat petani di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi agar bisa menerapkan teknologi baru yang sesuai untuk daerah ini dengan maksud untuk lebih memudahkan masyarakat dalam menghasilkan produksi pertanian yang maksimal dengan biaya yang minimal.
Kedua, untuk merancang sebuah strategi introduksi teknologi baru yang akan di terapkan dalam kelompok tani di wilayah Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi dengan berbasis pada karakteristik sosiografi masyarakat itu sendiri.
Ketiga, tentu saja untuk mewujudkan 4 Sukses Pembangunan Pertanian di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Apabila 4 Sukses Pembangunan Pertanian di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi bisa terwujud maka kesejahteraan Petani secara keseluruhan juga akan meningkat.
E.  Metode Penelitian
Penulis mengakui, sangat sulit untuk menyusun karya ilmiah ini karena keterbatasan yang dimiliki penulis, maka untuk mencapai data dan sumber yang actual dan jelas penulis menggunakan beberapa metode penelitian antara lain sebagai berikut :
1.    Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan ke lapangan untuk meneliti dan mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan Karakteristik Geografis, teknologi yang di gunakan dan yang akan di berikan kepada para petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani yang sesuai dengan karaketristik sosiografi di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
2.    Wawancara, yaitu penulis bertanya kepada Kepala Bidang Tanaman Pertanian KP4 UGM dan Penyuluh Kecamatan Padas serta Responden dalam hal ini petani di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
3.    Study Kepustakaan, yaitu penulis mengumpulkan data dengan mencari sumber data dari buku – buku perpustakaan dan dari internet terutama yang berkaitan dengan judul karya ilmiah ini.


BAB II

KARAKTERISTIK TEKNOLOGI
YANG DITERAPKAN DI KP 4 UGM

A.   Karakteristik Geografis di KP4 UGM
Kondisi letak geografis dari Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (University Farm) UGM Yogyakarta berada di dataran rendah di daerah pinggiran kota Yogyakarta yang beriklim panas dan hanya mengandalkan curah hujan sebagai persedian untuk pengairan lahan pertaniannya. Sistem yang digunakan di pada Pertanian terpadu KP4 merupakan penggabungan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif bagi peningkatan produktifitas lahan dan merupakan sarana pengembangan Education for Sustainable Development (EfSD) yang berupaya memberdayakan potensi lokal dan terpadu yang mengakomodasi nilai ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.
Dalam menerapkan sebuah teknologi memang harus memperhatikan syarat-syarat dalam sistem manajemennya diantaranya 6 M (man, money, material, method, machine and management) yang SERBA TEPAT (Tepat orang, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, tepat sasaran, tepat bentuk, dan tepat tujuan) melalui KERJA optimal (kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, kerja benar dan kerja ikhlas) dengan cara 4K (komunikatif, koordinatif, konsolodatif dan konstruktif) yang (kreatif, normatif, produktif dan inovatif) yang harus di upayakan MULAI MO LIMO (mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana, mulai dari tempat kita,  dan mulai dari yang ada).

B.   Teknologi Yang Diterapkan
Teknologi yang sedang diterapkan di KP4 UGM salah satunya adalah Pengolahan sampah organik di Laboratorium Daur Ulang Sampah (LDUS), dimana sampah yang didapat dari lingkungan kampus UGM sendiri dan juga dari sampah limbah rumah tangga masyarakat sekitar KP4 UGM, dengan teknis operasional memisahkan terlebih dahulu antara sampah organik dan an organik. Sampah organik kemudian digiling dalam mesin penggiling di masukan dalam sebuah bak untuk proses fermentasi 2-3 bulan dalam tiap 40 cm dikasih aktifator / MOL dan tiap minggu dibalik.
Untuk besaran biaya dalam teknologi pengelolaan sampah organik tidak begitu besar karena semuanya di buat sendiri oleh KP4 UGM dan menggunakan sumber daya manusia milik dari UGM itu sendiri.
Permasalahan yang sering timbul dalam pengelolaan sampah organik di KP4 UGM adalah apabila keadaan tanah atau udaranya terlalu lembab karena musim penghujan menyebahkan proses daur ulang sampah organiknya menjadi tidak bagus dan tidak maksimal, demikian pula apabila keadaan suhunya terlalu panas karena musim kemarau juga berdampak kurang bagus bagi proses daur ulang sampah organik tersebut, jadi solusinya adalah dalam proses daur ulang sampah organik tidak boleh terlalu lembab juga tidak boleh terlalu panas atau kurang lembab.
Dampak sosial dan ekonomi bagi lingkungan sekitar sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar karena urusan sampah di wilayah lingkungan sekitar KP4 UGM bisa teratasi dengan adanya Laboratorium daur ulang sampah ini sehingga tidak dipusingkan dengan urusan sampah apalagi para tenaga kerja yang yang dipekerjakan di KP4 UGM juga berasal dari daerah lingkungan sekitar KP4 UGM itu sendiri yang tentunya ikut memakmurkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar KP4 UGM.
Tingkat kerumitan dari teknologi Daur Ulang Sampah Organik ini sebenarnya tidak terlalu rumit cuman di butuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam mengurusi sampah yang tentu saja berbau tidak enak karena juga proses daur ulang ini cukup memakan waktu yang agak lama juga karena melalui banyak proses yang nantinya bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat yaitu pupuk organik yang bisa juga untuk menjaga kesuburan unsur hara tanah yang tentunya bermanfaat bagi KP4 UGM juga Masyarakat pada umumnya.
Pupuk organik yang dihasilkan di Laboratorium Daur Ulang Sampah ini bisa di jual ke luar yang bisa menambah income pendapatan bagi KP4 UGM itu sendiri dan juga bisa untuk pupuk tanaman di KP 4 UGM dan untuk media tanam juga. Semakin besar hasil dari pendaur ulangan sampah organik tersebut maka semakin besar pula pendapatan yang dicapai oleh KP4 UGM.
BAB III
KARAKTERISTIK SOSIOGRAFI MASYARAKAT
DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI

A.   Karakteristik Geografis.
Kondisi letak geografis dari Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi hampir sama dengan yang ada di KP4 UGM yaitu berada di dataran rendah di daerah pinggiran kota Ngawi yang beriklim panas kategaori C3, kesuburan sedang, ketinggian rata-rata 55 dpl dan hanya mengandalkan curah hujan yang rata-rata 1.784 mm dan hari-hari hujan rata-rata 58 hari/tahun sebagai persedian untuk pengairan lahan pertaniannya. Sistem yang digunakan di pada Pertanian terpadu di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi adalah Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif bagi peningkatan produktifitas petani bukan hanya dari tanaman padi saja tapi juga bisa tanaman yang lain seperti kedelai, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan tanaman hortikultura yaitu mangga, pisang, melon dan yang lainnya.

B.   Sarana dan Prasarana
Untuk ketersediaan sarana-prasarana pertanian di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi sudah cukup tersedia seperti JUT, JIDES, Waduk walaupun masih banyak yang harus di penuhi juga oleh Pemerintah Pusat dan dukungan dari Pemerintah Daerah melalui bantuan untuk Poktan dan Gapoktan melalui program bantuan PUAP untuk 7 Gapoktan yang masing-masing Gapoktan mendapatkan bantuan senilai Rp. 100.000.000,-, selain itu masih ada juga bantuan permodalan lewat KUR, KKPE dan juga bantuan langsung benih unggul melalui P2BN, GP3K, BLBU.
Pola interaksi masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi sangat baik untuk hubungan secara horisontal maupun vertikalnya karena tingkat solidaritas masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi sangat tinggi antara satu dengan yang lainnya, mampu saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam bertani dan menyelesaikan masalah. Solidarita sosial masyarakat pedesaan lebih didasarkan pada kesamaan-kesamaan, masyarakat desa cenderung menciptakan hubungan-hubungan yang bersifat informal dan non-kontraktual.

C.   Tipologi Stratifikasi Sosial
Untuk tipologi stratifikasi sosial yang nampak pada masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi :
1.      Pelapisan sosial pada masyarakat Kecamatan Padas lebih sedikit (sederhana) dibanding dengan yang ada pada masyarakat Kota Ngawi.
2.      Perbedaan (jarak sosial) antar lapisan sosial pada masyarakat Kecamatan Padas tidak begitu besar (jauh) sebagian besar petani dibanding dengan masyarakat Kota Ngawi.
3.      Lapisan masyarakat Kecamatan Padas tidak sekedar lebih sederhana dibanding dengan masyarakat Kota Ngawi, tetapi disamping itu juga terdapat kecenderungan pada masyarakat Kecamatan Padas untuk mengelompok pada lapisan menengahnya.
Tipologi struktur dan peranan masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi adalah tipologi masyarakat pertanian :
1.    Di dalam masyarakat pertanian di pedesaaan diantara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya yang diluar batas-batas wilayahnya.
2.    Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (Gemeinschaft atau paguyuban).
3.    Masyarakat tersebut sifatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.

Tipologi institusi dan organisasi sosial yang ada di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi adalah desa swakarya. Adat yang merupakan tatanan hidup bermasyarakat sudah mulai mendapatkan perubahan-perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam aspek kehidupan sosial budaya lainnya. Adopsi teknologi tertentu sering merupakan salah satu sumber perubahan itu. Adat tidak lagi terlalu ketat memperngaruhi atau menentukan pola perilaku anggota masyarakat.
Pengaruh unsur luar (asing, luar desa) sudah mulai ikut mempengaruhi atau membentuk perilaku masyarakat yang baru melalui berbagai adopsi teknologi dalam arti yang luas. Lapangan pekerjaan sudah sudah mulai kelihatan lebih bervariasi dari pada di desa swadaya. Kendatipun jarang orang yang sudah menamatkan pendidikan sekolah menengah, namun rata-rata orang telah menamatkan sekolah dasar.
Pola hubungan kerja yang ada dan terjadi saat ini dan sebelumnya sama saja yaitu masih dengan pola lama dan masih terjalin dengan baik antara individu dengan individu petani yang lain, walaupun sudah ada unsur teknologi yang masuk untuk lebih mengefisienkan waktu dan biaya dalam bertani yang juga tidak mengesampingkan tenaga manusianya juga untuk menjalankan teknologi tersebut.
Untuk Norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi adalah masih berdasar pada norma agama, kekeluargaan dan gotong royong dimana setiap ada masyarakat atau individu yang membutuhkan bantuan pasti dengan suka rela dan bersama-sama masyarakat sekitar akan membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan mereka.




BAB IV
RANCANGAN STRATEGI INTRODUKSI TEKNOLOGI
A.   Rancangan Strategi Teknologi
Melihat Kondisi letak geografis dari Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi yaitu berada di dataran rendah di daerah pinggiran kota Ngawi yang beriklim panas kategori C3, kesuburan sedang, ketinggian rata-rata 55 dpl dan hanya mengandalkan curah hujan yang rata-rata 1.784 mm dan hari-hari hujan rata-rata 58 hari/tahun sebagai persedian untuk pengairan lahan pertaniannya. Maka Strategi Teknologi Pertanian yang bisa di introduksi di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi adalah Produksi tanaman Holtikultura dalam hal ini pengembangan Tanaman Buah Naga.
Dengan luas daerah pertanian ± 900 hektar terdapat 55 kelompok tani dan 12 Gabungan kelompok tani serta memiliki 2 waduk besar yaitu waduk pondok dan waduh bendo maka perlu di introduksi teknologi pembudidayaan Tanaman Buah Naga varietas Merah yang bisa di ambil buahnya yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi dibanding buah-buah tanaman hortikultura yang lain.
Pengembangan Buah Naga sangat cocok dengan iklim dan kondisi geografis daerah Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi, maka dari itu perlu di coba untuk di budidayakan Varietas Merah Buah Naga yang mempunyai nilai jual yang tinggi walaupun cuman berbuah sekali dalam satu tahun yaitu di berbunga di bulan November dan berbuah di bulan Desember.
Dalam menerapkan sebuah teknologi baru memang harus memperhatikan syarat-syarat dalam sistem manajemennya diantaranya 6M (man, money, material, method, machine and management) yang SERBA TEPAT (Tepat orang, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, tepat sasaran, tepat bentuk, dan tepat tujuan) melalui KERJA optimal (kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, kerja benar dan kerja ikhlas) dengan cara 4K (komunikatif, koordinatif, konsolodatif dan konstruktif) yang (kreatif, normatif, produktif dan inovatif) yang harus di upayakan MULAI MO LIMO (mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana, mulai dari tempat kita,  dan mulai dari yang ada).
Oleh karena itu dibutuhkan kemauan, kerjasama yang baik antara penyuluh dan masyarakat petani untuk bersama-sama bisa peduli dan mencoba untuk membudidayakan Tanaman Buah Naga varietas Merah dengan cara partisipatif dimana petani sendiri yang mencoba budidaya tersebut dengan di bimbing oleh para penyuluh sehingga petani tahu dan mampu untuk melaksanakan teknologi baru ini secara sendiri ataupun kelompok.





BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian, maka di sini penulis dapat menarik kesimpulan, diantaranya adalah :
1)   Untuk merancang sebuah strategi introduksi teknologi pertanian baru yang akan di terapkan dalam kelompok tani di wilayah Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi harus dengan berbasis pada karakteristik sosiografi masyarakat setempat sehingga bisa diterima dan di terapkan di lapangan dan dalam pelaksanaannya juga harus selalu dalam pengawasan pihak yang terkait, agar nanti tidak salah dalam pengaplikasiannya dan dapat menghasilkan produksi sesuai dengan apa yang kita harapkan.
2)   Untuk meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi maka Strategi Introduksi Teknologi Pertanian yang baru harus bisa dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan yang nantinya akan bisa mempunyai dampak pada hasil pertanian dan tingkat kemampuan/daya beli petani meningkat sehingga kesejahteraan petani juga meningkat.
3)   Peranan sebuah Teknologi Pertanian yang baru bagi masyarakat petani sangat baik karena dengan Teknologi Pertanian ini para petani sangat terbantu dan mampu mensejahterakan keluarga petani dan berdampak pada menurunnya angka kemiskinan secara nasional, maka petani dituntut harus mampu menemukan jalan keluar yang baik dan menguntungkan agar dapat keluar dan mengatasi masalah perekonomian keluarga khususnya dan masyarakat umumnya.


B.     Saran
Adapun saran – saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1)   Untuk penerapan sebuah Teknologi Pertanian yang baru, dalam sebuah daerah yang baru juga mengenal tentang teknologi tersebut maka perlu adanya revitalisasi lahan pertaniannya, revitalisasi infrastruktur dan sarana yang ada di wilayah tersebut, revitalisasi sumber daya manusia yang akan mengaplikasikan teknologi tersebut, revitalisasi pembiayaan pertanian dalam pelaksanaan teknologinya, revitalisasi kelembagaan pada kelompok tani maupun Gapoktan, dan revitalisasi teknologi. Dengan begitu insya Allah kita akan mendapatkan hasil seperti apa yang kita harapkan.
2)   Diantara sesama petani diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik, agar diantara sesama petani dapat saling menukar pengalaman dan mengetahui tentang kekurangan – kekurangan atau kelebihan – kelebihan dalam mengaplikasikan sebuah teknologii baru pada diri masing – masing petani tersebut.







DAFTAR PUSTAKA


Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekanto, S. 1983. Kamus Sosiologi. CV Rajawali, Jakarta.
Soemardjan, S. 1988. Streotipe Etnik, Asimilasi, dan Integrasi Sosial. Yayasan Ilmu-Ilmu sosial.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo. 1982. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugihen, Bahrein T. 1996. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar