Senin, Februari 3

Makalah Praktek Sistem Pertanian LEISA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Meningkatkan produksi pertanian suatu negara adalah suatu tugas yang kompleks, kerena banyaknya kondisi yang berbeda yang harus dibina atau diubah oleh orang ataupun kelompok yang berbeda pula. Seperti halnya permasalahan pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengimbangi permintaan atas kebutuhan pangan meningkat pesat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan produksi hasil pertanian yang mampu untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan bahan pangan.

Namun hal itu juga mendorong para petani untuk mencoba menanam jenis-jenis tanaman baru, mengembangkan varietas tanaman dengan menemukan teknik penggunaan pupuk, mengatur kelembapan tanah yang lebih maju serta menggunakan teknologi pertanian yang lebih maju untuk mengembangkan pembangunan pertanian ke arah yang lebih baik sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dari jumlah masyarakat yang terus meningkat.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah. Pertanian organik bertujuan untuk:
a)  Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,
b)  Membudidayakan tanaman secara alami,
c)  Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,
d)  Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
e)  Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,
f)  Memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta
g)  Mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
Dalam upaya mengatasi akibat negatif dari sistem pertanian konvensional maka dikembangkan konsep pertanian yang mengupayakan keberkelanjutan dengan meminimalkan masukan luar serta memperhatikan dampak negatif dari  kegiatan pertanian. Konsep pertanian tersebut dikenal dengan istilah LEISA (Low-External-Input and Sustainable Agriculture, pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal rendah). Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Contoh pola pertanian berkelanjutan diantaranya adalah pola pertanian yang memadukan tanaman (1) Kangkung memakai pupuk organik sapi, (2) Bayam memakai pupuk organik kambing, (3) Sawi memakai pupuk organik Sapi, (4) Tumpang sari cabe dan Bawang Merah memakai pupuk organik ayam, (5) Kangkung memakai leisa perpaduan pupuk organik sapi dan urea, (6) Bayam memakai leisa perpaduan pupuk organik kambing dan urea, (7) Sawi memakai leisa perpaduan pupuk organik sapi dan urea, (8) Tumpang sari cabe dan Bawang Merah memakai leisa perpaduan pupuk organik ayam dan urea.

1.2 Tujuan
Budidaya tanaman bayam (Amaranthus Sp), kangkung darat (Ipomoea reptans), Sawi, Tumpang sari Cabe dan bawang merah dilakukan untuk percobaan pengaruh jenis pupuk kandang dan sistem LEISA terhadap pertumbuhan dan produksi bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans), Sawi, Tumpang sari Cabe dan bawang merah yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi dan Sistem LEISA terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans) Sawi, Tumpang sari Cabe dan bawang merah Sawi, Tumpang sari Cabe dan bawang merah.





BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN

2.1. Bahan Praktek
Penggunaaan Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan. Kotoran ini mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak mengandung fosfor, sementara nitrogen dan kalium banyak diperoleh dari urine  ternak. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang diantaranya kalium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan nitrogen dalam kotoran ternak.
Sementara itu, kandungan kalium dalam urine lebih besar lima kali lipatnya. Dilihat dari komposisinya kandungan hara dalam kotoran ayam tiga kali lebih besar dari pada kandungan hara dalam kotoran mamalia. Selain itu, kotoran ayam memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi dan lebih mudah terdekomposisi dari pada kotoran ternak lainya. Pupuk kandang dari kotoran sapi ini memiliki rasio C/N tinggi karena mengandung serat seperti selulosa. Dilihat dari komposisinya kandungan hara dalam kotoran ayam tiga kali lebih besar dari pada kandungan hara dalam kotoran mamalia.
Selain itu, kotoran ayam memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi dan lebih mudah terdekomposisi dari pada kotoran ternak lainya. Pupuk kandang dari kotoran sapi ini memiliki rasio C/N tinggi karena mengandung serat seperti selulosa

Penggunaan pupuk organik, terutama di lahan-lahan pertanian, dapat memberikan banyak keuntungan, diantaranya :
a.    Memperbaiki sifat kimia tanah.
b.    Memperbaiki sifat fisika tanah .
c.    Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
d.    Meningkatkan efektifitas mikroorganisme tanah.
e.    Sumber makanan bagi tanaman.
f.     Ramah lingkungan.
g.    Pupuk organik lebih murah.
h.    Meningkatkan kualitas produksi.
2.2. Budidaya
Budidaya tanaman sawi, bayam, cabe, bawang merah dan kangkung merupakan budidaya tanaman yang menggunakan tahapan-tahapan  budidaya seperti pengolahan lahan, pembuatan bedengan, perapihan bedengan, pemupukan dengan pupuk kandang, penanaman, perawatan dan pengendalian hama penyakit , panen dan pasca panen. Sebelum melakukan pengolahan lahan, sebaiknya memilih lahan yang subur karena tanaman sawi, bayam, cabe, bawang merah dan kangkung darat adalah tanaman sayuran yang membutuhkan tanah yang memiliki tekstur tanah yang gembur
Pengolahan lahan merupakan kegiatan menggemburkan tanah dan menghaluskan bongkahan tanah. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan alat berat seperti tractor, hand tractor maupun dengan cangkul. Dalam praktikum ini, pengolahan lahan budidaya tanaman sawi, bayam, cabe, bawang merah dan kangkung darat seluas ± 20 m2 dilakukan menggunakan alat cangkul dengan  kedalaman pencangkulan ± 30 cm. Tanah dicangkul untuk membalik dan memecah agregat tanah yaitu bagian tanah yang ada didalam diletakan diluar. Pembalikan ini dilakukan agar tanah terkena sinar matahari sehingga hama seperti ulat tanah mati karena terkena sinar matahari langsung. Tidak hanya, itu pembalikan tanah juga dapat menghilangkan residu didalam tanah dan memusnahkan penyakit yang ada ditanah. Membuat bedengan dengan panjang 20 m2, lebar 1 m2, tinggi bedengan 30 cm, dan lebar parit 30 cm.
Pembuatan bedengan ini dilakukan dengan cara mencangkul tanah yang ada di sebelah kanan dan kiri calon bedengan kemudian tanah diangkat dan diletakkan diatas bedengan, dilakukan agar parit terbentuk dengan kedalaman yang sesuai yaitu 30 cm dan agar bedengan terbentuk rapi dengan ketinggian 30 cm. Tidak hanya itu, pembutan bedengan dan pembuatan parit dilakukan agar drainase air lancar sehingga tanaman tidak tergenang air. Tanah yang masih berupa bongkahan yang ada dibedengan dicacah agar tanah menjadi lebih halus dan gembur.
            Bendengan yang sudah siap dan sudah rapi diberi pupuk kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan pupuk kandang dari kotoran sapi. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara menyebar rata pupuk kebedengan dan mencampur pupuk dengan tanah yang ada dibedengan dengan cangkul. Pemberian pupuk dilakukan dengan tujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
            Lahan yang sudah diberi pupuk siap untuk ditanami. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak antar baris 15 cm, dalam barisan 5 cm dengan 2 butir benih disetiap lubangnya, kemudian benih ditutup kembali dengan tanah yang ada disekitar bedengan. Dan untuk tanaman bayam, benih dicampur pasir dengan perbandingan 1:10 kemudian disebar sebanyak 20 g/10 m2.
2.3. Metode Penanaman
Menanam benih bayam dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran kambing untuk satu bedengan dan satu bedengan lagi pupuk kandang dari kotoran kambing dicampur dengan urea, untuk bedengan tanaman kangkung darat satu bedengan diberi pupuk kandang kotoran sapi dan dan satu bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang kotoran sapi dan urea, dan untuk tanaman sawi untuk satu bedengan diberi pupuk kandang dari kotoran sapi sedangkan satu bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang kotoran sapi dan urea serta yang terakhir menanam benih cabe tumpang sari dengan bawang merah untuk satu bedengan diberi pupuk kandang dari kotoran ayam dan satu bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang kotoran ayam dan urea. Jadi diperoleh 4 bedengan tanaman yang hanya menggunakan pupuk kandang dan 4 bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang dan urea atau disebut sistem LEISA.
            Tanaman sawi, bayam, cabe, bawang merah dan kangkung darat mulai tumbuh normal 2 MST, begitupun pada 2 MST tersebut gulma dan hama penyakit mulai menyerang tanaman sehingga pada saat inilah mulai dilakukan perawatan tanaman dengan pengendalian gulma, dan hama penyakit.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual atau pun dengan alat seperti kored. Gulma yang tumbuh didekat tanaman dapat dicabut langsung dengan tangan, karena apabila menggunakan kored tanaman bisa rusak yang disebabkan oleh jarak tanam yang berdekatan dan akar tanaman pun bisa rusak akibat terkena kored. Hama yang menyerang dapat dikendalikan dengan memungut langsung dan membunuhnya atau dengan menggunakan tanaman obat nabati. Dalam praktikum ini tanawan sawi banyak yang terserang ulat dan kumbang.
            Pada minggu ketiga dilakukan pengamatan tanaman sawi, bayam, cabe, bawang merah dan kangkung. Pengamatan tanaman dilakukan dengan memilih tanaman tidak boleh memilih tanaman yang berada paling luar tetapi memilih tanaman yang berada ditengah-tengah populasi, dipilih secara acak dan tersebar.tanaman bayam memiliki perkecambahan epigeal yaitu dicirikan dengan kotiledonnya ikut terangkat keatas permukaan tanah. Tanaman kangkung darat memiliki tipe perkecambahan hipogeal yaitu dicirikan dengan kotiledonnya tidak ikut terangkat keatas permukaan tanah.  
Tanaman sawi, bayam  dan kangkung darat dapat dipanen pada minggu ke-6 atau pada umur 35 hari setelah tanam. Tanaman bayam dipanen dengan cara dicabut yang kemudian akar tanaman dicuci agar bersih dari tanah yang ikut terbawa akar pada saat pemanenan. Pemanenan tanaman sawi, bayam dan kangkung yang ditanam dibedengan yang diberi pupuk kandang dan yang dibedengan diberi pupuk kandang dan urea (LEISA) dipisahkan dan ditimbang berapa bobot masing-masing bayam dengan perlakuan yang berbeda tersebut dan berapa bobot tanaman yang layak jual maupun yang tidak layak jual. Setelah itu tanaman dipanen dan ditimbang berapa bobot setiap tanaman lalu dirata-ratakan.
Sedangkan untuk tanaman tumpangsari cabe dan bawang merah yang masa panennya agak lama dari ketiga jenis tanaman yang lain juga akan diberi perlakuan yang sama dengan ketiga jenis tanaman tadi. 
Pasca panen tanaman sawi, bayam dan kangkung darat yaitu tanaman bayam dan kangkung darat dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya menggunakan air, kemudian mengikat batang tanaman yang mau dipasarkan. Sedangkan untuk tanaman cabe diambil buahnya dan bawang merah diambil umbinya.
Praktikum budidaya bayam (Amaranthus Sp), sawi, cabe, bawang merah dan tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, kotoran kambing dan yang berasal dari kotoran sapi juga yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) mendapatkan hasil bahwa, pemakaian pupuk kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) menghasilkan tanaman yang lebih bagus dengan bobot yang lebih berat terutama hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan yang hanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi saja.





BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

            Dari praktikum pengaruh pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, kotoran kambing dan yang berasal dari kotoran sapi juga yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) mendapatkan hasil bahwa, pemakaian pupuk kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) menghasilkan tanaman yang lebih bagus dengan bobot yang lebih berat terutama hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan yang hanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi saja.

3.2 Saran


Bagi para petani atau siapapun yang akan berbudidaya tanaman bayam , sawi, cabe, bawang merah dan tanaman kangkung sebaiknya memilih pupuk yang tepat untuk menambah unsur hara tanaman dan sebaiknya kurangi penggunaan bahan kimia karena dapat merusak ekosistem dan mahluk hidup di dalamnya. Gunakan pupuk kandang dari kotoran ternak karena pupuk tersebut kandungan haranya sangat tinggi dibandingkan dengan pupuk kimia.

1 komentar:

INTERIOR JAKARTA mengatakan...

artikel yang bagus jangan lupa kunjungi kembali website kami gan

Posting Komentar