Senin, Februari 10

Makalah Integrated Farming Sistem dan Analisis Usaha Tani



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran tentang sistem pertanian alami, faktor penting yang perlu ditekankan bahwa muatan pertanian alami sesungguhnya mengandalkan pada sumberdaya lokal seperti penggunaan dan pemeliharaan bibit lokal, pemanfaatan limbah pertanian alami, kotoran ternak, maka nilai-nilai kearifan lokal terhadap pengelolaan dan penataan sumberdaya dengan sendirinya akan menjadi bahan dan sumber dialog ditingkatan petani dan sekaligus menjadi cara pandang dalam sistem pertanian secara alami.

Dengan demikian, sekaligus untuk menjawab keikut sertaan dari apa yang dilakukan oleh pihak luar sebatas diperlukan jika petani hanya memerlukan jawaban atas masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan persoalan-persoalan praktis di lapangan dan peran dari pihak luar hanya untuk memfasilitasi dengan pihak lain.

1.1.1.    Komponen Integrated Farming System
Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu manusia yang harus dipenuhi kebutuhannya. Pusat ini dikelilingi dengan berbagai model kegiatan ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain misalnya peternakan, perikanan, ladang/persawahan dan pengelolaan limbah (waste treatment). Satu persatu kita akan membahas komponen integrated farming systemtersebut:

1.1.2.    Sistem Pertanian Terpadu atau Sistem Pertanian Tanpa Limbah
Mengintegrasikan atau menggabungkan beberapa unit usaha di bidang pertanian yang dikelola :
  1. Secara terpadu
  2. Berorientasi ekologis
  3. Sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
1.1.3.    Azas Integrated Farming System
·       Keterpaduan (pembangunan menyeluruh, lintas sektor dan lintas daerah).
·       Kegotongroyongan (menumbuhkan rasa kebersamaan).
·       Keswadayaan (usaha kemandirian).
·       Partisipatif (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan hasilnya).
·       Terdesentralisasi (terdelegasikan pada semua komponen yang terlibat).

1.1.4.     Prinsip Integrated Farming System
  1. Biomasa yang tersedia dapat dijadikan bahan pakan.
  2. Spesies atau jenis ternak yang sesuai dengan kondisi agroekologi dan sosial budaya masyarakat.
  3. Manajemen pemeliharaan harus seimbang antara sistem perkandangan, aspek veteriner, pengolahan dan pemanfaatan kompos, maupun diversifikasi usaha yang kemungkinan timbul.
  4. Dukungan inovasi teknologi lain dan kelembagaan yang tepat.

1.1.5.    Integrated Farming System  Berbasis Tanaman Pangan Dan Perkebunan
Keunggulan Sistem Pertanian Tanpa Limbah Atau Sistem Pertanian Terpadu
·         Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
·         Memaksimalkan daur ulang hingga mencapai zero waste (tanpa limbah).
·         Meminimalkan kerusakan lingkungan atau ramah lingkungan.
·         Keanekaragaman atau diversifikasi usaha.
·         Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.
·         Menciptakan kemandirian atau zero cost.
Mengapa Harus ’’Limbah’’?
·         Terbuang, bahkan menjadi ‘masalah’ dan ‘kendala’ dalam usaha tani atau agribisnis.
·         Pada saat ‘paceklik’ tidak tersedia pakan, tapi pada saat panen ‘terbuang’.
·         Kualitas ‘rendah’, harus ‘diperkaya’ secara fisik, dan/atau biologis (probiotik).
·         Tersedia dalam jumlah yang memadai.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Konsep Integrated Farming System
Integrated Farming System, atau sistem pertanian terpadu (Indonesia, red), didefinisikan sebagai penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian yang terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Di Indonesia, model usaha ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi. Padahal usaha ini sangat cocok digunakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa metode diversifikasi pertanian seperti minapadi (padi dengan ikan) dan longyam (balong ayam/ ikan dengan ayam) mengadopsi model integrated farming system ini.

2.1.1.  Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrated farming system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik.

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Des09/AU%20IM%20Des%2009_html_m77f21ae4.png
Skema alur interaksi antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam integrated farming system 

2.1.2.  Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam integrated farming system. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
Dalam mendesain komponen peternakan yang akan digunakan untuk integrated farming system faktor biosekuriti adalah faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Adalah pencegahan penularan penyakit antar hewan yang menjadi fokus biosekuriti tersebut.
Di lapangan, kombinasi antar hewan ternak umumnya jarang dilakukan. Biasanya ternak dikombinasikan dengan ikan. Jikapun ada, biasanya dipelihara dalam kandang atau lokasi berbeda, terpisah jarak yang jauh juga sistem kerja yang terpisah, atau dengan kata lain, tidak berhubungan satu sama lain. Contohnya adalah pekerja di kandang ayam tidak boleh masuk ke kandang sapi begitupun sebaliknya.

2.1.3. Persawahan atau Ladang
Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa menyediakan pakan untuk peternakan. Padi, jagung bawang merah dan kacang tanah serta rumput dapat digunakan dalam integrated farming system. Perhatikan bahwa padi yang digunakan harus berlabel biru atau yang tahan terhadap air yang agak tinggi. Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan biogas dan kompos.

2.1.4. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering digunakan adalah lele. Ikan dapat dipelihara secara tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan.
Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan ternak. Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan lele. Ikan lele adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming system.


2.1.5. Waste Treatment
Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari pengolahan limbah tersebut adalah:
·           Kompos dan pupuk kandang
Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%) dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%.
Teknik pembuatannya adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 lokasi (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut dinaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Proses pembuatannya diawali dengan membiarkan kotoran sapi (feses dan urin) selama 1 minggu agar kadar air menurun hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu dan dicampur merata dengan jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter.
Setelah satu minggu tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga 70OC untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma. Dan kompos didapat telah siap digunakan.

·       Biogas
Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%), nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3) metana yang setara dengan 10 kwh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6 jam. Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.
Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap feses ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu, perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat tumbuh lebih baik.
Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam tersebut memiliki kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk lebih banyak.
Prinsip utama pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah kedap udara. Gambar di bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan dua tabung yang saling berhubungan. Melalui pipa (lubanginlet), kotoran dan air dimasukkan menuju tabung pertama. Perbandingan kotoran dengan air adalah 1:2. Jika kotoran terlalu padat maka biogas yang dihasilkan tidak optimal karena sulit dibebaskan ke biodigester.
http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/tatalaksana/Des09/AU%20IM%20Des%2009_html_m706d2462.png
Ilustrasi pembuatan biogas dari kotoran ayam.

Letak tabung pertama harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat kotoran baru dimasukkan ke tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke tabung kedua. Di tabung pertama inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa peternak menggunakan plastik yang didesain sedemikian rupa membentuk balon berisi biogas sebagai penampung biogas. Plastik ini biasanya digantung di langit-langit kandang dan terlindung dari hujan dan panas. Dari penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik.
Tabung kedua berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga tempat pengambilan ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah adalah endapan kotoran, berarti proses berjalan baik. Namun jika yang tampak adalah air maka dipastikan telah terjadi kebocoran instalasi atau terjadi proses biogas yang tidak.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang mengandung desinfektan dan antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos dan biogas. Tindakan ini akan mematikan mikroorganisme tersebut.


2.2. Kelebihan dan Kelemahan Integrated Farming System
Tentunya sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1.      Sepanjang penggunaan obat-obatan masih mengikuti aturan pakai, sistem ini sangat ramah lingkungan
2.      Efisiensi energi, karena tidak ada energi yang terbuang percuma
3.      Meningkatkan efektivitas lahan, dengan luas lahan yang sama, peternak bisa memiliki dua usaha sekaligus
4.      Sumber dana terus menerus tanpa waktu kosong

Meski begitu, peternak tetap memperhitungkan beberapa hal yaitu :
1.      Resiko penularan penyakit antar hewan. Biosekuriti ketat dan tidak memelihara lebih dari satu hewan ternak dapat menjadi solusi
2.      Daya tampung satu komponen terhadap komponen lain agar tercipta keseimbangan. Contoh, populasi ayam harus menyesuaikan populasi ikan di kolam agar ikan tidak keracunan ammonia
3.      Peningkatan resistensi antibiotik di lingkungan. Solusinya adalah rolling antibiotik dilakukan lebih sering dan mengikuti aturan pakai yang telah ditetapkan

2.3. Pengelolaan Integrated Farming System
Pengelolaan integrated farming system :
2.3.1. Ayam-Ikan-Padi
Adaptasi sistem ini adalah longyam atau balong ayam. Keuntungan sistem ini adalah:
·                     Efisiensi pakan ikan yang berasal dari kotoran ayam dan jatuhan pakan ayam (± 1-5% dari pakan yang diberikan ke ayam)
·                     Efisiensi lahan diatas kolam yang tidak dimanfaatkan
Sistem ini kami gunakan untuk ayam kampung karena kepadatan ayam yang berada di atas kolam lebih rendah. Ayam kampung pun dinilai lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan kandang longyam.
Kandang dibangun di atas kolam berbentuk bujur sangkar 14 m x 15 m dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan air dan kedalaman kolam 2 meter. Tujuannya untuk sirkulasi udara dan mencegah pelembaban lantai kandang oleh kolam. Ikan lele kami gunakan untuk sistem ini karena sangat toleran dengan level oksigen yang rendah. 210 m2 kolam dapat menampung 250 ekor ikan lele anakan.
Padi sebagai komponen terakhir akan memanfaatkan air dari kolam ikan yang kaya dengan unsur-unsur hara. Timbal baliknya adalah sisa panen padi berupa sekam dapat dimanfaatkan sebagai litter kandang dan jerami dapat dijadikan kompos.

2.3.2. Kacang Tanah - Rumput – Sapi – Kambing - Cacing Tanah - Biogas
Model ini juga menarik untuk dikembangkan. Rumput dan daun kacang tanah sebagai sumber energi dalam pakan ternak. Penambahan maksimal 5% dalam pakan akan meningkatkan berat badan sapi, kambing karena peningkatan jumlah energi dalam pakan. Penambahan 2-5% akan meningkatkan palatabilitas (cita rasa) pakan. Jika dicampur dengan pupuk urea, bungkil kelapa, tepung batu gamping, dedak padi, gandum, dan garam dapat membentuk UMB (urea molasses block) yang dapat digunakan sebagai suplemen pakan.
PTT Analisa Usaha Tani.jpg

Dalam sistem ini, kotoran sapi dan kambing berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan bahan baku biogas. Ternyata feses sapi adalah media terbaik untuk membiakkan cacing tanah karena kandungan protein tercernanya rendah. Sebelum dijadikan media pembiakkan, feses tersebut harus difermentasikan selama tiga minggu.
Cacing tanah yang dapat dibiakkan ialah Lumbricus rubellus dan Eisenia foetida. Setelah 40 hari di-biakkan, telur dan cacing tanah dapat dipanen. Bahkan, media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi yang disebut vermikompos. Dari 50 kg media pembiakkan, dapat diperoleh 35 kg vermikompos. Vermikompos mengandung Phospor (0,6-0,7%), Kalium (1,6-2,1%), Nitrogen total (1,4-2,2%), C/N rasio (12,5-19,2), Magnesium (0,4-0,95%), Calsium (1,3-1,6%), pH 6,5-6,8 dengan kandungan bahan organik mencapai 40,1–48,7%. Vermikompos dan pupuk kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan juga buah-buahan.

2.4. Pembuatan Integrated Farming System
Proses integrated farming system  mencakup faktor-faktor di bawah ini yaitu:
2.4.1. Modal
Penekanan faktor modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan kandang, pembuatan kolam, harga tanah untuk lahan persawahan/ ladang dan sebagainya. Peternak dapat meninjau modal teknis dari kondisi lingkungan seperti ketersediaan air bersih, agen penyakit, suhu, kondisi tanah dan sebagainya. Lakukan survei pendahuluan untuk memetakan bagaimana desain integrated farming system yang akan dibuat. Lalu perhitungkan berapa modal yang dibutuhkan, kapan modal akan kembali, berapa besar resiko yang akan dihadapi dan sebagainya.

2.4.2. Tenaga Kerja
Perbandingan kebutuhan tenaga kerja jika membangun suatu integrated farming system. Akan lebih hemat jika menggabungkan padi dengan ikan dibandingkan yang lainnya.

2.4.3. Teknologi
Pemakaian teknologi lebih baik tentu berakibat pada dua hal yaitu modal dan tenaga kerja. Penggunaan teknologi yang modern dalam budidaya ikan tentunya akan menurunkan biaya untuk tenaga kerja.

2.4.4. Keuntungan
Keuntungan bersih didapatkan dari selisih antara biaya (cost) dan pendapatan kotor (bruto). Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi. Biaya tetap (fixed cost/ FC) digunakan untuk biaya yang harus keluar meski usaha sedang tidak berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dan sebagainya. Biaya berubah (variable cost / VC) adalah biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi. Contoh, biaya pakan, pupuk, obat-obatan dan sebagainya. Keduanya harus dijumlahkan dan digabungkan menjadi biaya total.
Keuntungan berasal dari penjualan hasil produksi. Berdasarkan tabel 1, usaha yang paling menguntungkan dalam integrated farming system adalah perikanan. Penyebab utama adalah biaya pakan ikan turun drastis.
BAB III
ANALISIS USAHA TANI DAN TERNAK

3.1 Analisis Usaha Tani Padi
Tabel 1. Analisis Usaha Tani Padi
No
Uraian
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah Harga
(Rp)
(Rp)
Dalam satu kali masa panen
A
Input



       900.400
1
Sarana produksi



       125.400

 Benih
        1,5
kg
    10.000
         15.000

 Pupuk kandang/petroganik *)
      60,0
kg

                     -

 Pupuk SP-36
        3,0
kg
      2.000
            6.000

 Pupuk urea
      12,0
kg
      1.800
         21.600

 Pupuk NPK Phonska
      18,0
kg
      2.500
         45.000

 Pestisida/insektisida
        0,1
liter
    75.000
            9.000

 Karung/sak
        9,6
buah
      3.000
         28.800
2
 Biaya operasional
            -


       775.000

 Pengolahan tanah*)
        1,0
HOK

                     -

 Sewa traktor
        0,5
Hari
 700.000
       350.000

 Penyemaian*)
        1,0
HOK

                     -

 Pencabutan bibit*)
        1,0
HOK

                     -

 Penanaman*)
        1,0
HOKW

                     -


        1,0
HOK

                     -

 Penyiangan*)
        2,0
HOK

                     -

 Pemupukan*)
        1,0
HOK

                     -

 Pengendalian hama penyakit*)
        1,0
HOK

                     -

 Panen (sewa threser)
        0,5
Hari
 850.000
       425.000

 Pasca panen*)
        1,0
HOK

                     -

 Pengeringan*)
        1,0
HOK

                     -
 B
 Output
            -


    1.365.000
1
 Hasil GKP
        4,8
kuintal

                     -
2
 Penyusutan
        0,9
kuintal

                     -
3
 Hasil GKG
        3,9
kuintal
 350.000
    1.365.000
C
 Keuntungan



       464.600







 Keterangan :





 *) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya

Luas tanah 600 m2





3.2 Analisis Usaha Tani Jagung

Tabel 2. Analisis Usaha Tani Jagung
No
Uraian
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah Harga
(Rp)
(Rp)
Dalam satu kali masa panen
A
Input



       691.000
1
Sarana produksi



       171.000

 Benih
        0,4
kg
 160.000
         67.200

 Pupuk Organik
        0,6
ton

                     -

 Pupuk Npk Ponska
      12,0
kg
      3.000
         36.000

 Pupuk Knoɜ
        3,0
kg
    15.000
         45.000

 Pupuk Pelengkap Cair
        0,1
liter
    85.000
         10.200

 Furadan
        0,2
bungkus
    20.000
            3.600

 Kapur Pertanian
        0,6
bantal
    15.000
            9.000
2
 Biaya Tetap
            -


       520.000

Cangkul
2
Buah
  50.000
       100.000

Kored
5
Buah
  20.000
       100.000

Emrat
5
Buah
  50.000
       250.000

Garpuh
1
Buah
  70.000
         70.000
3
 Biaya operasional
            -


                     -

 Pengolahan tanah*)
        1,0
HOK

                     -

 Penanaman*)
        1,0
HOKW

                     -


        1,0
HOK

                     -

 Penyiangan*)
        2,0
HOK

                     -

 Pemupukan*)
        1,0
HOK

                     -

 Pengendalian hama penyakit*)
        1,0
HOK

                     -

 Penyemprotan *)
        1,0
HOK



 Pasca panen*)
        1,0
HOK

                     -

 Pengeringan*)
        1,0
HOK

                     -
 B
 Output
            -


    1.500.000
1
 Hasil 1 kali panen
       600
kg
      2.500
    1.500.000
C
 Keuntungan



       809.000







 Keterangan :





 *) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya dan pupuk organik dari pengomposan feses sapi, kambing, ayam

Luas tanah 600 m2






3.3 Analisis Usaha Tani Kacang Tanah

Tabel 3. Analisis Usaha Tani Kacang Tanah 1 kali masa panen dengan Luas Lahan 196 m2

No.
Uraian
Volume
Harga Satuan
Jumlah Biaya
(Rp.)
(Rp.)
A
Tenaga Kerja :





Pengolahan Lahan*)
196
m2



Tanam*)
1
HOK

                        -

Pemupukan*)
1
HOK

                        -

Penyiangan*)
1
HOK

                        -

Penyemprotan*)
1
HOK

                        -

Panen*)
1
HOK

                        -

Pengangkutan*)
1
HOK

                        -

Jumlah



                        -






B
Sarana Produksi :





Benih
1,6
Kg
             12.000
             19.200

Urea
0,5
Kg
               2.000
               1.000

TSP
1
Kg
               2.500
               2.500

KCL
1
Kg
               4.000
               4.000

Kandang *)
10
Kg

                        -

Pestisida
0,02
Lt
           100.000
               2.000

Jumlah



             28.700

JUMLAH A+B (I)



             28.700






C
Hasil Panen (O)
              26
Kg
               5.000
           130.000

Pendapatan (C-(A+B))



           101.300







O/I Rasio



4,53



















 Keterangan :





 *) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya

Pupuk kandang yang dipakai dari hasil pengomposan feses ternak sapi dan kambing serta ayam



3.4 Analisis Usaha Tani Bawang Merah

Tabel 4. Analisis Usaha Bawang Merah

Modal Kerja

Unit

Volume

Harga satuan

Jumlah

I. Modal Tetap
1.            Saung
2.            Reservoir air
3.            Alat-alat:

a.            Cangkul
b.            Sprayer
c.            Timbangan
d.            Kepang/gribig
e.            Drum plastik
f.             Gunting bawang
g.            Gacok tangan
h.            Embrat
i.              Ember plastik
j.              Sarung tangan karet
k.            Volumetri plastik


Unit
Unit


Buah
Buah
Buah
Lembar
Buah
Buah
Buah
Pasang
Buah
Pasang
Buah


4 m x 6 m
5 (1x1x5m)


2
2
1
4
2
5
5
2
20
2
1


3.500.000
50.000


17.500
200.000
150.000
15.000
55.000
5.000
6.000
12.000
3.000
8.000
5.000


3.500.000
250.000


35.000
400.000
150.000
60.000
110.000
25.000
30.000
24.000
60.000
16.000
5.000
Sub total I
4.665.000
II. Modal Kerja
1.            Bibit
2.            Pupuk
a.            Pupuk kandang
b.            NPK (15:15:15)
c.            Urea
d.            ZA
e.            PPC Sitozim
f.             MnSO4
g.            Teepol
1.            Pestisida
a.            Fungisida
b.            Insektisida
c.            CM akar
d.            Bokosi
e.            Stiker
f.             Ugratas biru
1.            Tenaga kerja
a.            HKW (hari kerja wanita)
b.            HKP (hari kerja pria)
c.            Penjaga malam
d.            Tenaga ahli

5. Lain-lain 10%

Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Ltr
Kg
Ltr
Kg

Ltr
Ltr
Ltr
Ltr
Buah
Hr
Hr
2,5 Bln


1.000
15.000
400
100
100
1
2
4
15

17
2
2
17
30
336
203
2


12.000
90
-
500
560
90.000
12.500
9.000
37.000

38.000
12.500
12.500
7.000
2.000
4.000
6.000
150.000


12.000.000
1.350.000
-
50.000
56.000
90.000
25.000
36.000
555.000

646.000
25.000
25.000
119.000
60.000
1.344.000
1.218.000
750.000


Sub total II

18.349.000

Grand total Biaya = I + II

23.014.000

Pendapatan = [(600 x 10) x 85%] x 8.500

43.350.000

Keutungan = Pendapatan – Total biaya

20.336.000

3.5 Analisis Usaha Ternak Sapi

3.5.1. Analisis Usaha Ternak Sapi
·       Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan dan tidak diperhitungkan untuk sewa lahannya.
·       Sapi bakalan yang dipelihara sebanyak 20 ekor jenis PO dengan harga awal Rp. 7.000.000/ekor dan berat badan sekitar 250 kg/ekor
·       Sapi dipelihara selama 6 bulan dengan penambahan berat badan sekitar 0,7 kg/ekor/hari
·       Kandang yang dibutuhkan seluas 105 M2 dengan biaya Rp. 400.000/M2
·       Penyusutan kandang 20 %/tahun dengan demikian penyusutan untuk satu periode 10 %
·       Sapi membutuhkan obat-obatan sebesar Rp. 60.000/ekor/periode
·       Tenaga kerja 3 orang dengan gaji Rp. 500.000/bulan
·       Peralatan kandang dibutuhkan sebesar Rp 1.500.000/tahun, dengan demikian untuk satu periode Rp. 750.000
·       Kotoran yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 20.000 kg dengan harga Rp. 200/kg
·       Pakan yang diperlukan untuk satu periode
o   HMT = 40 kg x 20 x 180 x Rp.100
o   Konsentrat = 3 kg x 20 x 180 x Rp. 1.500
o   Pakan tambahan = 3 kg x 20 x 180 x Rp. 200
A. MODAL USAHA
Biaya Investasi
1. Pembuatan kandang 105 M2 x Rp. 400.000                                    Rp.    42.000.000
2. Peralatan kandang                                                                           Rp.      1.500.000
Biaya Variabel
1. Sapi bakalan 20 x Rp. 7.000.000                                                     Rp.  140.000.000
2. HMT                                                                                                 Rp.    14.400.000
3. Konsentrat                                                                                       Rp.     16.200.000
4. Pakan Tambahan                                                                            Rp.       2.160.000
              Total Biaya Variabel                                               Rp. 172.760.000
Biaya Tetap
1. Tenaga Kerja 3 orang x 6 x Rp. 500.000                                       Rp.  9.000.000
2. Penyusustan kandang 10 % x Rp. 42.000.000                              Rp.  4.200.000
3. Penyusutan peralatan                                                                    Rp.     750.000
          Total Modal Tetap                                                      Rp.   13.950.000
 TOTAL BIAYA PRODUKSI = Rp. 172.760.000 + Rp. 13.950.000 = Rp. 186.710.000

B. PENERIMAAN
Penjualan sapi dan kotoran
·           Penambahan berat badan 0,7 kg x 180 = 126 kg/ekor/periode dan berat badan sapi sekarang untuk setiap ekor adalah 376 kg, untuk berat keseluruhan adalah 20 x 376 kg = 7.520 kg dengan harga Rp. 35.000/kg. jadi uang yang didapat adalah Rp. 263.200.000
·           Penjualan kotoran ternak 20.000 x Rp. 200 = Rp. 4.000.000

          TOTAL PENERIMAAN = Rp. 263.200.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 267.200.000
Tetapi karena kotoran sapi tidak dijual di pakai sendiri untuk pupuk kompos dan biogas maka Total Penerimaan hanya dari penjualan sapi saja yaitu Rp. 263.200.000 
          KEUNTUNGAN = Rp. 263.200.000 - Rp. 186.710.000= Rp. 76.490.000 

3.6. Analisis Usaha Ternak Kambing
3.6.1. Analisis Hasil Usaha Ternak Kambing
Modal (faktor produksi) / 30 ekor kambing: Bibit (anak kambing) = Rp 6.000.000/ 30 ekor Kandang dan peralatannya = Rp. 5.000.000 (kandang kambing sederhana)
Pakan hijauan = Rp 60.000/ bulan
Pakan konsentrat = Rp. 120.000/ bulan
Upah tenaga kerja = Rp. 500.000/ bulan

Total pengeluaran bulan pertama= Rp. 11.680.000.
Total pengeluaran 11 bulan berikutnya = 11 x Rp. 680.000 = Rp. 7.480.000.
Total pengeluaran selama 12 bulan = Rp. 19.160.000.
Harga jual kambing saat ini = Rp. 1.500.000 (harga minimal kambing dewasa umur 12 bulan)


Pendapatan dari penjualan kambing = 30 x Rp. 1.500.000 = Rp. 45.000.000
Keuntungan yang didapat  12 Bulan= 45.000.000 – Rp. 19.160.000 = Rp. 25.840.000 (hanya dari penjualan kambing dewasa)

Dari perhitungan sederhana diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan memelihara 300 ekor kambing seorang peternak dapa memperoleh laba sebesar Rp. 25.840.000/12 bulan. Perhitungan tersebut dengan asumsi kita tidak memperoleh anak kambing dari peternakan tersebut, asumsi ini memang jarang terjadi sebab biasanya 1 ekor kambing betina dewasa akan menghasilkan anak minimal 1 ekor per tahun. Pada periode berikutnya biasanya modal yang dikeluarkan akan semakin berkurang sebab biaya kandang tidak dikeluarkan lagi. 

3.7. Analisis Usaha Ternak Ayam Kampung

3.7.1. Analisa Budidaya Ayam Kampung
Untuk mengetahui berapa besar modal yang harus diinvestasi dalam usaha pemeliharaan ayam kampung dan berapa jumlah keuntungan yang diperoleh, maka dibawah ini penulis mencoba membuat perhitungan berdasarkan catatan harian pengeluaran seorang peternak. Ukuran kandang panjang 10 meter lebar 5 meter dan tinggi 3 meter. Ukuran pagar keliling, panjang 15 meter, lebar 140 meter dan tinggi 2,7 meter.
Kandang tersebut digunakan untuk memelihara 155 ekor ayam muda yang terdiri dari 150 ekor ayam betina dan 5 ekor jantan dengan umur rata-rata 4 bulan. Ayam-ayam anakan tersebut dibeli dengan Rp 15.000,00/ekor. Porsi pakan 100 gr /ekor/hari, pada bulan ke dua dan ke tiga porsi pakan di naikkan masing-masing sebesar 20%dan 25%.
Di bulan ke empat dari masa pemeliharaan ayam–ayam tersebut telah mulai bertelur, dengan jumlah rata-rata 15 butir per periodenya. Untuk meningkatkan jumlah produksi telor, sengaja peternak menerapkan metode siklus reproduksi, yaitu dengan jalan :
1. memisahkan induk dari telurnya dengan hanya satu butir telor pada sarangannya .
2. pada induk–induk yang mulai memperlihatkan tanda-tanda mengeram secepatnya di mandikan
Dari kedua perlakuan diatas maka ditahun satu masa produksinya dapat diatur sebanyak lima kali . Pada bulan ke 7 dari keseluruhan produksi telor 10% dieramkan sedangkan sisanya dijual. Untuk tugas pengeraman sengaja digunakan untuk ayam sebanyak 20 ekor, sehingga pada bulan ke delapan terjadi penurunan produksi telur .
Setelah menetas induk dan DOC dipisah, kemudian induk dimandikan. Pada bulan ke sembilan produksi telur mulai meningkat. Dalam produksi ayam kampung ini yang perlu di ketahui adalah :
- Fertilitas =96%
-Daya tetas =90 %
-Kematian = 3%
-Umur Penetasan 21 hari
-Pemberian faksin dilakukan sebanyak 4 kali selama pemeliharaan.
DOC setelah dipisah dari induknya ditempatkan dalam kotak dos beralaskan sekam padi yang di campur sedikit kapur, tanpa diberi bantuan induk buatan (Listrik lampu minyak) sedang sebagai sumber penghangat DOC akan memperoleh dari panas tubunya sendiri. Pada pemeliharaan ditahun kedua siklus reproduksi pertahunya diatur sebanyak 11 kali, dengan demikian diharapkan pada peningkatan dalam jumlah produksi (telur) selain itu pada pemeliharaan ini ada tambahan populasi ayam sebanyak 175 ekor betina dan 8 ekor pejantan.
Dibulan kelima ayam-ayam tersebut sudah mulai bertelur, dengan demikian ada kenaikan dalam jumlah produksi telur. Dari jumlah produk perharinya, resiko pecah atau retak diperhitungkan sebanyak 6 butir atau 180 per bulan (angka rata-rata), dan ini oleh peternak dimanfaatkan untuk lauk. Sehingga total keseluruhan yang dikomsumsi adalah 17x180 butir=30.60 butir, sedang yang dijual sebanyak 49.300 butir dengan harga Rp. 1.500.-
A. Pemberian Pakan
1.Untuk ayam muda –dewasa, 100 gr /ekor/hari
Jumlah pakan per hari untuk 155 ekor =(100x 155) kg: 1000 = 15,5 kg.
Jumlah pakan bulan I = 30x15,5 kg = 465 kg
Jumlah pakan bulan II= (0,2x465 kg)+465 kg = 558 kg
Jumlah pakan bulan III= (0,25x558kg)+558kg = 697,5 kg
Jumlan pakan bulan IV – umur 2 tahun = 17x697,5 kg =11.857,5 kg
Total pemberian pakan =13,578 kg
2. Untuk DOC 60 gr/ekor/hari, sampai umur 3 bulan
Jumlah pakan untuk 189 DOC (189 x 60)kg :1000 = 11,34 kg
Jumlah pakan bulan I 30 x 11,34kg = 340,20 kg
Jumlah pakan bulan II(mortalitas 3%)(0,15x60)+60x183 x30x1kg = 378,81 kg
jumlah pakan bulan III (0,15x378,81kg)+378,81kg = 435,63 kg
Total pemberian pakan = 1.154,64 kg
3. Untuk ayam muda –dewasa, 100gr/ekor/hari
Jumlah pakan per hari untuk 183 ekor (100x183)kg: 1000 = 18,3 kg
Jumlah pakan bulan I =30x18,3 = 549 kg
Jumlah pakan bulan II =(0,2x549)kg+549kg = 658,8kg
Jumlah pakan bulan III =(0,25x658,8)kg+658,8kg = 823,5kg
Jumlah pakan bluan IV –bulan keXI = 10x823,5kg = 8.235 kg
Total pemberian pakan = 10.266,3kg
B. Analisa Biaya
1. Input
a. Biaya Infestasi
-Pembuatan kandang tahun 1 = Rp.35.000,00
-Pembuatan kandang dan Box tahun 11 =Rp.40.000,00
-Pembuatan pagar keliling =Rp.125.000,00
Total biaya investasi =Rp.200.000,00 (1)
b. Biaya Operasi
-Pembelian 155 ekor ayam=155xRp 15.000,00 =Rp.2.325.000,00
-Pembelian pakan untuk 155 ekor ayam=13.578xRp120,00 =Rp.1.629.360,00
-Pembelian pakan untuk 189 DOC sampai umur 3 bulan =1.154,64xRp.120,00 = Rp.138.557
-Pembelian pakan untuk 183 ekor ayam=Rp.10.266,3x120,00 =Rp.1.231.956,00
Total pembelian pakan =Rp.2.999.872,80
-Biaya vaksin dan obat cacing untuk ayam muda dan dewasa =Rp.3.000 ,00
-Biaya vaksin dan obat cacing/DOC =Rp.1.000 ,00
Total biaya operasi =Rp.2.325.000,00 + Rp.2.999.872,80 + Rp 4000,00 =Rp.5.328.873
c. Penyusutan dan Perbaikan
-Penyusutan kandang 1 tahun =Rp.2.500.000,00
-Penyusutan pagar 1 tahun =Rp.3.000.000,00
-Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 4.000.000,00
` -Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 5.000.000,00 Total =Rp. 14.500.000,-
2.Output
-Penjualan telur selama pemeliharaan= 49.300x Rp1.500,00=Rp 73.950.000,00
-Penjualan ayam afkir @Rp40.000,00 =Rp 6.200.000,00
-Penjualan dari telur yang dikomsumsi =3060x500=Rp 1.530.000,00
Total Rp 81.680.000,00
C. Keuntungan Yang Diperoleh
Rp 81.680.000,00 – Rp 19.828.873.00 = Rp. 61.851.127,00
Rp. 61.851.127,00 : 12 bln = Rp 5.154.261,00 /bln

3.8. Analisis Usaha Ternak Ikan Lele

3.8.1. Analisis Usaha Ternak Ikan Lele

1.
Investasi

a.
Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,-
=
Rp
1.500.000,-

b.
Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,-
=
Rp
750.000,-




Rp
2.250.000,-
2.
Biaya Tetap

a.
Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn
=
Rp
750.000,-

b.
Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn
=
Rp
150.000,-




Rp
900.000,-
3.
Biaya Variabel




a.
Pakan 100 kg @ Rp 3700 selebihnya dari feses ayam
=
Rp
370.000,-

b.
Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 5.000 ekor @Rp 100,-
=
Rp
500.000.-

c.
Obat-obatan 2 unit @ Rp 50.000,-
=
Rp
100.000,-

d.
Alat perikanan 1 paket @ Rp 100.000,-
=
Rp
100.000,-

e.
Tenaga kerja tetap (dikerjakan sendiri)
=
Rp
0,-

f.
Lain-lain 12 bln @ Rp 100.000,-
=
Rp
1.200.000,-




Rp
2.270.000,-
4.
Total Biaya

Rp
5.420.000,-





5.
Pendapatan

Rp
13.000.000,00

Produksi lele konsumsi 1000 kg x Rp 13.000/kg -,



6.
KEUNTUNGAN

Rp
7.580.000,-






Tabel 5. Perbandingan tenaga kerja, modal, teknologi dan keuntungan berbagai komponen integrated farming system seluas 1500 m2

Komponen
Tenaga Kerja
Modal Tetap
Keuntungan Bersih
Teknologi
Padi
Dikerjakan Sendiri
900.400
464.600
Mina Padi
Jagung
Dikerjakan Sendiri
691.000
809.000
Mina Padi
Bawang Merah
Dikerjakan Sendiri
23.014.000
20.336.000
Mina Padi
Kacang Tanah
Dikerjakan Sendiri
28.700
101.300
Mina Padi
Ikan Lele
Dikerjakan Sendiri
5.420.000
7.580.000
Mina Lele ayam
Ayam Kampung
Dikerjakan Sendiri
19.828.873
61.851.127
Mina Lele ayam
Sapi
3 Pekerja
186.710.000
76.490.000 

Kambing
1 Pekerja
19.160.000
25.840.000

JUMLAH
255.752.973
193.472.027



PTT Analisa Usaha Tani.jpg


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Manajemen penataan lingkungan yang baik pada usaha agribisnis sangat diperlukan untuk melahirkan aktifitas yang mampu meningkatkan daya dukung lahan dengan termanfaatkannya limbah organik sisa usaha menjadi kompos, sehingga akan memberikan suasana yang nyaman, menghilangkan gangguan karena limbah usaha, nilai estetika tinggi dan kemudahan dalam melakukan aktifitas. Mengaplikasikan ‘zero waste’ sekaligus ‘zero cost’
Berdasarkan pengalaman di lapangan :
  1. Secara teknis layak, secara ekonomi feasible, sesuai dengan sosial budaya masyarakat, ramah lingkungan dan menguntungkan petani karena dengan modal yang sedikit bisa mendapat keuntungan yang banyak.
  2. Model integrasi dapat dilakukan secara in-situ maupun ex-situ, ada siklus biologis yang tidak terputus.
  3. Integrasi meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan pemanfaatan by product sehingga akan menurunkan cost of production dan sekaligus meningkatkan pay of income
Beginilah mengenai integrated farming system yang dapat kami berikan. Mudah-mudahan ilmu ini akan menjadi sebuah masa depan yang baik oleh usaha pertanian kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar