Selasa, November 19

5 Langkah Model Agribisnis Berbasis Sistem LEISA

5 Langkah Model Agribisnis Berbasis Sistem LEISA   
  1. Mampu menentukan lokasi, kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan jenis tanaman pertanian/perkebunan berdasarkan skala usaha dan penilaian potensi lahan.
  2. Mampu memilah peruntukan lahan dan menentukan komuditas Unggulan pertanian lokalita setempat
  3. Mampu melakukan pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA
  4. Mampu menetapkan Pola Tanam dan Tata Letak Pertanaman, Ternak, dan lkan
  5. Mampu menetapkan Cara Penanganan Sarana Produksi dan Produk Pertanian

PENJELASANNYA :

1.    Penentuan Lokasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana sesuai dengan Jenis Tanaman Pertanian berdasarkan Skala Usaha dan Penilaian Potensi Lahan

Sistem Pertanian LEISA yang dikemukakan dalam laporan ini diasumsikan bertempat di lahan seluas tidak kurang dari 1 hektar yang berpotensi cukup baik di Desa Watualang, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Lahan tersebut terdiri dari 0.75 ha sawah, 0.20 ha kolam dan 0.05 ha kandang yang di miliki oleh ketua kelompok tani “Sumber Rejeki”. Lahan sawah (sebelum diubah menjadi sistem LEISA) biasanya diusahakan dengan pola tanam padi padi kedelai atau padi padi padi dengan teknologi pertanian konvensional sebagaimana yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi. Lahan yang berupa kolam saat ini diusahakan untuk betemak ikan lele dan ayam dengan teknologi yang dikembangkan oleh petani sendiri. Kedua bidang lahan tersebut akan diintegrasikan pengelolaannya menjadi satu kesatuan manajemen dengan model pertanian terpadu bersistem LEISA.
Penetapan lahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan ekonomik sebagai berikut:
(I) Usahatani yang kini dilaksanakan masih dapat ditingkatkan efisiensinya dengan sistem LEISA;
(2) Lokasi lahan beraksesibilitas baik, tidak terlalu jauh dari pasar sarana produksi clan produk usahatani;
(3)   Tidak ada kendala ketersediaan tenaga kerja.

Ø  Pertimbangan ekologik yang diambil rnencakup hal-hat berikut:
1)            Lahan dapat ditanami sepanjang tahun (tiga musim tanam);
2)            Lahan, khususnya sawah, biasanya diusahakan dengan teknologi pertanian konvensional;
3)            Terdapat saluran air untuk memasok keperluan lahan, khususnya kolam, sepanjang tahun.

Ø  Pertimbangan sosialnya adalah
1)            Pemilik lahan tidak keberatan jika lahannya dikelola dengan sistem LEISA;
2)            Instansi pemerintah terkait, antara lain, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Dinas Pertanian, dan Dinas Petemakan dan Perikanan mendukung usahatani ini;
3)            Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Ngawi telah menetapkan kebijakan bahwa Kabupaten Ngawi bisa sebagai salah satu daerah penghasil produksi pertanian andalan di Jawa Timur bahkan secara Nasional.

2.    Peruntukan Lahan dan menentukan komuditas Unggulan pertanian lokalita setempat

Peruntukan lahan ditetapkan dengan memperhatikan kelayakannya sebagai tempat kegiatan pertanian berpendekatan LEISA, yang terdiri dari satu kesatuan Pengelolaan usahatani tanaman, temak ayam, dan ikan. Peruntukan lahan saat ini disajikan dalam Tabel I, sedangkan rencana peruntukan lahan yang dikonsolidasikan menjadi LEISA disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 1 Lahan Usahatani sebelum menggunakan Sistem LEISA
Jenis lahan
Luas (ha)
Peruntukan Lahan
Teknologi Pertanian saat ini
Komoditas
Luas (ha)
Jumlah (ekor)
Sawah
0,75
Padi
0,75

Konvensional
Kolam
0,20
Ikan Lele
0,20


Kandang
0,05
Ayam Pedaging
0,05
1500


Tabel 2 Lahan Usahatani menggunakan Sistem LEISA
Jenis lahan
Luas (ha)
Peruntukan Lahan
Teknologi Pertanian saat ini
Komoditas
Luas (ha)
Jumlah (ekor)
Sawah
0,75
Mina Padi, Jagung, kedelai
0,75



Sistem LEISA
Kolam
0,20
Ikan Lele
0,20

Kandang
0,05
Ayam Pedaging
0,05
1500


3. Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA
Penetapan komoditi LEISA dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya petani sesering mungkin mendapatkan penghasilan dari kebunnya. Pemeliharaan ayam pedaging memberikan penghasilan harian bagi petani; pemeliharaan ikan memberikan penghasilan setiap 40 hari; pertanaman memberikan penghasilan setiap 3-5 bulan. Selain itu, pengusahaan tanaman dan hewan temak juga ditujukan untuk melaksanakan fungsi pendaurulangan hara di dalam sistem agar dapat mengurangi penggunaan masukan usahatani dari luar sistem (artinya juga menekan biaya usahatani). Jadi, baik tanaman maupun hewan ternak dan ikan menghasilkan produk utama untuk memenuhi kebutuhan pengelolanya (berupa penghasilan dan bahan pangan) dan produk ikutan untuk kebutuhan proses produksi tanaman dan hewan (sebagai sumber masukan internal). Tabel 3 menyajikan jenis-jenis tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan berikut luas atau populasi serta fungsinya di dalam kebun Biodiversitas (dengan polikultur) mendapatkan penekanan dalam sistem pertanian yang akan dibangun.
.
Tabel 3. Jenis Tanaman dan Hewan yang di usahakan dengan Sistem LEISA
NO
Unit Lahan dan Jenis Komoditas
Luas Lahan (ha)
Jumlah (ekor) (kg)
Fungsi
A
Lahan Sawah
0,75


1
Padi
0,25

Menghasilkan pangan dan limbah bahan kompos (jerami, sekam), dan pakan ayam (dedak, menir, split), keong mas untuk pakan ayam (sehingga tidak menjadi hama)
2
Jagung
0,20

3
Kedelai
0,20

4
Keong Mas
0,10
Berkembang secara alamiah
B
Kolam Ikan
0,20


1
Ikan Lele
0.15
2500
Menghasilkan benih ikan lele
2
Keong Mas
0,05
Berkembang secara alamiah
C
Kandang
0,05


1
Ayam Pedaging
0,05
1500
Menghasilkan daging, pupuk kandang untuk tanaman dan kotoran ayam untuk pakan ikan.





4.Penetapan Pola Tanam dan Tata Letak Pertanaman, Ternak, dan lkan
Pola tanam dan pola pengusahaan temak dan ikan ditentukan dengan mempertimbangkan prinsip intensitas penggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun dari aspek ekologi (pendaur ulangan hara). Pertanaman ganda dilakukan untuk mengurangi resiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk suatu jenis tanaman rendah. Rotasi tanaman semusim dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil sampingan ke dalam tanah.


5.    Penetapan Cara Penanganan Sarana Produksi don Produk.
`     Sarana produksi dan produk di dalam kebun ditangani sedemikian cara hingga daur ulang produk ikutan atau limbah yang telah diolah dapat berlangsung. Sistem pengusahaan tananaman dan ternak memanfaatkan masukan internal semaksimal mungkin. Penggunaan masukan eksternal seperti pupuk inorganik dan pestisida buatan akan sangat dibatasi. Bahan organik untuk pakan ternak dan ikan yang didatangkan dari luar lahan pun akan diutamakan dengan menggunakan limbah pasar terdekat. Demikian pula, pemasaran produk diupayakan ke pasar terdekat secara langsung tanpa perantara atau mengundang pembeli langsung datang ke lahan usahatani


Gambar 1 : Bagan Sistem Pertanian LEISA
Keterangan :

Padi menghasilkan pangan dan limbah bahan kompos (jerami, sekam), dan pakan ayam (dedak, menir, split), keong mas untuk pakan ayam (sehingga tidak menjadi hama), Ayam menghasilkan daging, pupuk kandang untuk tanaman dan kotoran ayam untuk pakan ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar