Kamis, Maret 19

Artikel Tentang Ilmu

Ilmu adalah cahaya; karenanya dengan cahaya yang benderang, generasi muda bisa melangkah tegap di antara sesamanya. Ilmu adalah perhiasan; karenanya dengan cahaya dan hiasannya, jiwa-jiwa akan berada dalam benderang. Menggenggam ilmu dan menjelmakan dalam hidup, niscaya kebahagiaan dalam genggaman. Siapa menaruh hatinya dalam ilmu, niscaya mereka akan mendapatkan kebahagiaan, kebanggaan, dan keagungan. Ilmu adalah ladang. Siapa yang menanam, panenpun akan datang; sementara siapa yang membiarkan, kegagalan pasti menjelang. Tiadalah sama antara ilmu dan kebodohan; karena ilmu mengangkat ahlinya di atas singgasana mulia, sedangkan kebodohan akan merendahkan pemiliknya ke lembah nista (sekalipun dia di atas segala makhluk dalam harta dan kekuasaan). Ilmu adalah binatang buruan, sedangkan tulisan adalah tali yang mengikatnya. Binatang buruan itu perlu diikat dengan tali-tali yang kuat. Sangat bodoh, bila pemburu rusa lantas rusa itu dilepaskan begitu saja tanpa ikatan. Ilmu yang menyertai seseorang akan memberi manfaat kepadanya. Dialah wadah ilmu itu, bukan di peti tempat buku. Ilmu yang dipelajari di saat senja mudah dilupakan, sedangkan yang dipelajari di saat belia mudah diingat. Tiada ilmu kecuali belajar di waktu muda, dan tiada dewasa kecuali kesabaran di usia senja. Andaikata sang guru membuka hati anak didik saat belia, niscaya di hatinya ilmu bagai pahatan di atas batu.

Orang bodoh sesungguhnya telah mati; sebelum dia mati jasad-jasad mereka telah terkubur, meski mereka belum dikubur, dan di hari kiamat nanti mereka tidak menemukan makna kebangkitan. Siswa yang rajin belajar akan meraih pengetahuan yang mengantarnya untuk menggapai cita mulia. Karena belajar; maka kesulitan berubah menjadi kemudahan, segala yang mahal berubah menjadi murah, segala urusan berubah menjadi baik, dan di setiap keadaan berubah menjadi bahagia. Bila seseorang tahu lautan ilmu dan segenap manfaatnya, niscaya dia bangkit menuntutnya sekalipun dia sedang berada di atas cadas besar. Dengan ilmu maka dunia menjadi bercahaya, kegelapan yang berbahaya menjadi sirna, dan bumi kerontang menjadi tumbuhan nan hijau. Pendidik adalah manusia penuh kasih sayang, bukan mereka yang sombong berbangga diri. Pendidik adalah penggembala yang kadangkala melecutkan cemeti ke arah sekumpulan binatang gembala sampai bercucuran darah di saat dia melihat singa yang menyerang dalam kegelapan malam tak lain adalah demi keselamatan anak didiknya. Di pundak penggembala, anak-anak kita adalah amanah, bukan boneka yang dibuat dengan tergesa. Orang yang mengajar orang lain haruslah menyadari tentang diri sendiri. Dia terangkan bermacam obat bagi segala penyakit, agar semua yang sakit menjadi sembuh, padahal dia sendiri ditimpa sakit. Harusnya dia obatilah dirinya dahulu, dan mencegah agar tidak menular kepada orang lain. Dengan demikian, dia adalah seorang yang bijak, apa yang dinasihatkan akan diterima dan diikuti oleh orang lain sehingga akan bermanfaat bagi mereka. Jujur dalam kata adalah kemuliaan, dialah juru selamat dari kehancuran. Beruntung bagi mereka yang mereguk habis air dari sana, dan berteguh kukuh dalam hakikatnya. Kejujuran adalah nur sanubari. Dalam bentengnya, hati terjaga dari dosa-dosa. Dengannya, menjadi jernih kata-kata. Betapa cerdik manusia yang memetik bunga di sana. Tugas bapak dan ibu guru sungguh mulia. Membimbing dan mendidik dengan setulus hati tanpa pamrih. Di jendela mata para siswa mereka ukir sederetan ilmu pengetahuan. Pintu kalbu para siswa, mereka buka dengan keteladanan arif. Para siswa pun tak perlu menangis. Lebih baik bila mereka memperhatikan semut-semut yang ada di pohon; bagaimana mereka dapat naik hingga ke atas, padahal mereka berjalan sangat pelan.

Dengan jarak perjalanan yang jauh, berkat kesungguhan yang terus-menerus akhirnya sampai juga mereka di tempat tujuan. Seorang siswa yang meniru usaha semut; misalnya: dia hafalkan setiap hari satu bagian dari puisi yang panjang, niscaya dialah yang akan meraih hadiah besar di dalam sebuah lomba baca puisi yang diikutinya. Sesungguhnya belajar dan tatakrama bagi manusia adalah pencarian paling berharga. Dengannya dia menjadi makhluk mulia. Tiada arti diri manusia tanpa tatakrama dalam dirinya. Ilmu adalah kekayaan tersimpan; karena ilmu seseorang menjadi mulia di antara sesamanya; bukan karena moyang maupun keturunan dia menjadi mulia. Ilmu adalah ruh para hamba. Dengannya para hamba meraih kemuliaan-kemuliaan. Tanpa ilmu dan tatakrama, seorang hamba tak akan mampu menggapai keagungan sempurna. Dengan ilmu, negara menjadi tertata; rizkipun mengalir buat para hamba. Dengan ilmu si belia menjadi mulia, diraih segala yang dicitakannya. Ilmu adalah senikmat-nikmatnya buah dipetik, sedangkan kebohongan adalah simpanan malapetaka. Dengan ilmu kekayaan dapat digapai, sedangkan dengan kebodohanlah intan berlian akan dihabisi.

Penulis :
M. Ishaq Maulana
Konsultan Direktorat Pembinaan SMP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar