5 Langkah
Model Agribisnis Berbasis Sistem LEISA
- Mampu
menentukan lokasi, kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan jenis
tanaman pertanian/perkebunan berdasarkan skala usaha dan penilaian potensi
lahan.
- Mampu memilah
peruntukan lahan dan menentukan komuditas Unggulan pertanian lokalita
setempat
- Mampu
melakukan pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA
- Mampu
menetapkan Pola Tanam dan Tata Letak Pertanaman, Ternak, dan lkan
- Mampu
menetapkan Cara Penanganan Sarana Produksi dan Produk Pertanian
PENJELASANNYA
:
1. Penentuan
Lokasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana sesuai dengan Jenis
Tanaman Pertanian berdasarkan Skala Usaha dan Penilaian Potensi
Lahan
Sistem
Pertanian LEISA yang dikemukakan dalam laporan ini diasumsikan bertempat di
lahan seluas tidak kurang dari 1 hektar yang berpotensi cukup baik di Desa
Watualang, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Lahan tersebut terdiri dari 0.75
ha sawah, 0.20 ha kolam dan 0.05 ha kandang yang di miliki oleh ketua kelompok
tani “Sumber Rejeki”. Lahan sawah (sebelum diubah menjadi sistem LEISA)
biasanya diusahakan dengan pola tanam padi padi kedelai atau padi padi padi
dengan teknologi pertanian konvensional sebagaimana yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Ngawi. Lahan yang berupa kolam saat ini diusahakan untuk betemak ikan
lele dan ayam dengan teknologi yang dikembangkan oleh petani sendiri. Kedua
bidang lahan tersebut akan diintegrasikan pengelolaannya menjadi satu kesatuan
manajemen dengan model pertanian terpadu bersistem LEISA.
Penetapan
lahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan ekonomik sebagai berikut:
(I) Usahatani yang kini dilaksanakan masih dapat
ditingkatkan efisiensinya dengan sistem LEISA;
(2) Lokasi lahan beraksesibilitas baik, tidak terlalu
jauh dari pasar sarana produksi clan produk usahatani;
(3) Tidak ada
kendala ketersediaan tenaga kerja.
Ø Pertimbangan ekologik yang diambil
rnencakup hal-hat berikut:
1)
Lahan
dapat ditanami sepanjang tahun (tiga musim tanam);
2)
Lahan,
khususnya sawah, biasanya diusahakan dengan teknologi pertanian konvensional;
3)
Terdapat
saluran air untuk memasok keperluan lahan, khususnya kolam, sepanjang tahun.
Ø Pertimbangan sosialnya adalah
1)
Pemilik
lahan tidak keberatan jika lahannya dikelola dengan sistem LEISA;
2)
Instansi
pemerintah terkait, antara lain, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan,
Dinas Pertanian, dan Dinas Petemakan dan Perikanan mendukung usahatani ini;
3)
Pemerintah
Daerah (Pemda) Kabupaten Ngawi telah menetapkan kebijakan bahwa Kabupaten Ngawi
bisa sebagai salah satu daerah penghasil produksi pertanian andalan di Jawa
Timur bahkan secara Nasional.
2. Peruntukan
Lahan dan menentukan komuditas Unggulan pertanian lokalita
setempat
Peruntukan
lahan ditetapkan dengan memperhatikan kelayakannya sebagai tempat kegiatan
pertanian berpendekatan LEISA, yang terdiri dari satu kesatuan Pengelolaan
usahatani tanaman, temak ayam, dan ikan. Peruntukan lahan saat ini disajikan
dalam Tabel I, sedangkan rencana peruntukan lahan yang dikonsolidasikan menjadi
LEISA disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 1
Lahan Usahatani sebelum menggunakan Sistem LEISA
Jenis lahan
|
Luas (ha)
|
Peruntukan Lahan
|
Teknologi Pertanian
saat ini
|
||
Komoditas
|
Luas (ha)
|
Jumlah (ekor)
|
|||
Sawah
|
0,75
|
Padi
|
0,75
|
|
Konvensional
|
Kolam
|
0,20
|
Ikan Lele
|
0,20
|
|
|
Kandang
|
0,05
|
Ayam Pedaging
|
0,05
|
1500
|
|
Tabel 2
Lahan Usahatani menggunakan Sistem LEISA
Jenis lahan
|
Luas (ha)
|
Peruntukan Lahan
|
Teknologi Pertanian
saat ini
|
||
Komoditas
|
Luas (ha)
|
Jumlah (ekor)
|
|||
Sawah
|
0,75
|
Mina Padi, Jagung, kedelai
|
0,75
|
|
Sistem LEISA
|
Kolam
|
0,20
|
Ikan Lele
|
0,20
|
|
|
Kandang
|
0,05
|
Ayam Pedaging
|
0,05
|
1500
|
3. Pemilihan dan Penetapan Komoditi
untuk LEISA
Penetapan
komoditi LEISA dilakukan dengan mempertimbangkan perlunya petani sesering
mungkin mendapatkan penghasilan dari kebunnya. Pemeliharaan ayam pedaging
memberikan penghasilan harian bagi petani; pemeliharaan ikan memberikan penghasilan
setiap 40 hari; pertanaman memberikan penghasilan setiap 3-5 bulan. Selain itu,
pengusahaan tanaman dan hewan temak juga ditujukan untuk melaksanakan fungsi pendaurulangan
hara di dalam sistem agar dapat mengurangi penggunaan masukan usahatani dari luar
sistem (artinya juga menekan biaya usahatani). Jadi, baik tanaman maupun hewan
ternak dan ikan menghasilkan produk utama untuk memenuhi kebutuhan pengelolanya
(berupa penghasilan dan bahan pangan) dan produk ikutan untuk kebutuhan proses
produksi tanaman dan hewan (sebagai sumber masukan internal). Tabel 3
menyajikan jenis-jenis tanaman, ternak, dan ikan yang diusahakan berikut luas
atau populasi serta fungsinya di dalam kebun Biodiversitas (dengan polikultur)
mendapatkan penekanan dalam sistem pertanian yang akan dibangun.
.
Tabel 3.
Jenis Tanaman dan Hewan yang di usahakan dengan Sistem LEISA
NO
|
Unit Lahan dan Jenis
Komoditas
|
Luas Lahan (ha)
|
Jumlah (ekor) (kg)
|
Fungsi
|
A
|
Lahan Sawah
|
0,75
|
|
|
1
|
Padi
|
0,25
|
|
Menghasilkan
pangan dan limbah bahan kompos (jerami, sekam), dan pakan ayam (dedak, menir,
split), keong mas untuk pakan ayam (sehingga tidak menjadi hama)
|
2
|
Jagung
|
0,20
|
|
|
3
|
Kedelai
|
0,20
|
|
|
4
|
Keong Mas
|
0,10
|
Berkembang secara alamiah
|
|
B
|
Kolam Ikan
|
0,20
|
|
|
1
|
Ikan Lele
|
0.15
|
2500
|
Menghasilkan
benih ikan lele
|
2
|
Keong Mas
|
0,05
|
Berkembang secara alamiah
|
|
C
|
Kandang
|
0,05
|
|
|
1
|
Ayam
Pedaging
|
0,05
|
1500
|
Menghasilkan
daging, pupuk kandang untuk tanaman dan kotoran ayam untuk pakan ikan.
|
|
|
|
|
4.Penetapan Pola Tanam dan Tata Letak
Pertanaman, Ternak, dan lkan
Pola
tanam dan pola pengusahaan temak dan ikan ditentukan dengan mempertimbangkan
prinsip intensitas penggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun
dari aspek ekologi (pendaur ulangan hara). Pertanaman ganda dilakukan untuk
mengurangi resiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk
suatu jenis tanaman rendah. Rotasi tanaman semusim dilakukan dengan
mempertimbangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil sampingan ke dalam
tanah.
5.
Penetapan Cara Penanganan Sarana Produksi
don Produk.
` Sarana produksi dan produk di dalam kebun ditangani
sedemikian cara hingga daur ulang produk ikutan atau limbah yang telah diolah
dapat berlangsung. Sistem pengusahaan tananaman dan ternak memanfaatkan masukan
internal semaksimal mungkin. Penggunaan masukan eksternal seperti pupuk
inorganik dan pestisida buatan akan sangat dibatasi. Bahan organik untuk pakan
ternak dan ikan yang didatangkan dari luar lahan pun akan diutamakan dengan
menggunakan limbah pasar terdekat. Demikian pula, pemasaran produk diupayakan ke
pasar terdekat secara langsung tanpa perantara atau mengundang pembeli langsung
datang ke lahan usahatani
Gambar
1 : Bagan Sistem Pertanian LEISA
Keterangan :
Padi
menghasilkan pangan dan limbah bahan kompos (jerami, sekam), dan pakan ayam
(dedak, menir, split), keong mas untuk pakan ayam (sehingga tidak menjadi
hama), Ayam menghasilkan daging, pupuk kandang untuk tanaman dan kotoran ayam
untuk pakan ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar