BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Meningkatkan produksi pertanian suatu negara adalah suatu
tugas yang kompleks, kerena banyaknya kondisi yang berbeda yang harus dibina
atau diubah oleh orang ataupun kelompok yang berbeda pula. Seperti halnya
permasalahan pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengimbangi permintaan atas
kebutuhan pangan meningkat pesat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan
produksi hasil pertanian yang mampu untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan
bahan pangan.
Namun hal itu juga mendorong para petani untuk mencoba menanam
jenis-jenis tanaman baru, mengembangkan varietas tanaman dengan menemukan
teknik penggunaan pupuk, mengatur kelembapan tanah yang lebih maju serta
menggunakan teknologi pertanian yang lebih maju untuk mengembangkan pembangunan
pertanian ke arah yang lebih baik sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan dari jumlah masyarakat yang terus meningkat.
Pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable resources)
dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources),
untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap
lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan
sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses
produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan
pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem
pertanian, seperti tumpangsari (intercropping),
penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik
memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan
sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah. Pertanian organik bertujuan untuk:
a) Menghasilkan
produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,
b) Membudidayakan
tanaman secara alami,
c) Mendorong dan
meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,
d) Memelihara dan
meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
e) Menghindarkan
seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,
f) Memelihara
keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta
g) Mempertimbangkan
dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
Dalam upaya mengatasi akibat negatif dari sistem pertanian
konvensional maka
dikembangkan konsep pertanian yang mengupayakan keberkelanjutan dengan
meminimalkan masukan luar serta memperhatikan dampak negatif dari kegiatan pertanian. Konsep pertanian tersebut
dikenal dengan istilah LEISA (Low-External-Input and Sustainable Agriculture,
pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal rendah). Pertanian
berkelanjutan didefinisikan sebagai pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber
daya alam.
Contoh
pola pertanian berkelanjutan diantaranya adalah pola pertanian yang memadukan tanaman (1) Kangkung
memakai pupuk organik sapi, (2) Bayam memakai pupuk organik kambing, (3) Sawi
memakai pupuk organik Sapi, (4) Tumpang sari cabe dan Bawang Merah memakai
pupuk organik ayam, (5) Kangkung memakai leisa perpaduan pupuk organik sapi dan
urea, (6) Bayam memakai leisa perpaduan pupuk organik kambing dan urea, (7)
Sawi memakai leisa perpaduan pupuk organik sapi dan urea, (8) Tumpang sari cabe
dan Bawang Merah memakai leisa perpaduan pupuk organik ayam dan urea.
1.2 Tujuan
Budidaya tanaman bayam (Amaranthus Sp),
kangkung darat (Ipomoea reptans), Sawi, Tumpang
sari Cabe dan bawang merah
dilakukan untuk percobaan pengaruh
jenis pupuk kandang dan sistem LEISA terhadap pertumbuhan dan produksi
bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung
darat (Ipomoea reptans), Sawi, Tumpang
sari Cabe dan bawang merah
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ayam, kotoran kambing
dan kotoran sapi dan Sistem LEISA terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan
kangkung darat (Ipomoea reptans) Sawi, Tumpang
sari Cabe dan bawang merah Sawi, Tumpang sari Cabe dan bawang merah.
BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN
2.1. Bahan Praktek
Penggunaaan Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan. Kotoran
ini mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang
mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak mengandung
fosfor, sementara nitrogen dan kalium banyak diperoleh dari urine ternak. Unsur hara yang terkandung dalam
pupuk kandang diantaranya kalium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga,
dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine ternak tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan nitrogen dalam kotoran ternak.
Sementara itu, kandungan kalium dalam urine lebih besar
lima kali lipatnya. Dilihat dari komposisinya kandungan hara dalam kotoran ayam
tiga kali lebih besar dari pada kandungan hara dalam kotoran mamalia. Selain
itu, kotoran ayam memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi dan lebih mudah
terdekomposisi dari pada kotoran ternak lainya. Pupuk kandang dari kotoran sapi
ini memiliki rasio C/N tinggi karena mengandung serat seperti selulosa. Dilihat
dari komposisinya kandungan hara dalam kotoran ayam tiga kali lebih besar dari
pada kandungan hara dalam kotoran mamalia.
Selain itu, kotoran ayam memiliki kadar hara fosfor yang
lebih tinggi dan lebih mudah terdekomposisi dari pada kotoran ternak lainya.
Pupuk kandang dari kotoran sapi ini memiliki rasio C/N tinggi karena mengandung
serat seperti selulosa
Penggunaan
pupuk organik, terutama di lahan-lahan pertanian, dapat memberikan banyak
keuntungan, diantaranya :
a.
Memperbaiki
sifat kimia tanah.
b.
Memperbaiki
sifat fisika tanah .
c.
Meningkatkan
daya serap tanah terhadap air.
d.
Meningkatkan
efektifitas mikroorganisme tanah.
e.
Sumber
makanan bagi tanaman.
f.
Ramah
lingkungan.
g.
Pupuk
organik lebih murah.
h.
Meningkatkan
kualitas produksi.
2.2.
Budidaya
Budidaya
tanaman sawi, bayam, cabe, bawang
merah dan
kangkung merupakan budidaya tanaman yang menggunakan tahapan-tahapan budidaya seperti pengolahan lahan, pembuatan
bedengan, perapihan bedengan, pemupukan dengan pupuk kandang, penanaman,
perawatan dan pengendalian hama penyakit , panen dan pasca panen. Sebelum
melakukan pengolahan lahan, sebaiknya memilih lahan yang subur karena tanaman sawi, bayam, cabe, bawang
merah dan
kangkung darat adalah tanaman sayuran yang membutuhkan tanah yang memiliki
tekstur tanah yang gembur
Pengolahan
lahan merupakan kegiatan menggemburkan tanah dan menghaluskan bongkahan tanah.
Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan alat berat seperti tractor, hand
tractor maupun dengan cangkul. Dalam praktikum ini, pengolahan lahan budidaya
tanaman sawi, bayam, cabe, bawang
merah dan
kangkung darat seluas ± 20
m2 dilakukan menggunakan alat cangkul dengan kedalaman pencangkulan ± 30 cm. Tanah
dicangkul untuk membalik dan memecah agregat tanah yaitu bagian tanah yang ada
didalam diletakan diluar. Pembalikan ini dilakukan agar tanah terkena sinar
matahari sehingga hama seperti ulat tanah mati karena terkena sinar matahari
langsung. Tidak hanya, itu pembalikan tanah juga dapat menghilangkan residu
didalam tanah dan memusnahkan penyakit yang ada ditanah. Membuat bedengan dengan
panjang 20 m2, lebar 1 m2, tinggi bedengan 30 cm, dan
lebar parit 30 cm.
Pembuatan
bedengan ini dilakukan dengan cara mencangkul tanah yang ada di sebelah kanan
dan kiri calon bedengan kemudian tanah diangkat dan diletakkan diatas bedengan,
dilakukan agar parit terbentuk dengan kedalaman yang sesuai yaitu 30 cm dan
agar bedengan terbentuk rapi dengan ketinggian 30 cm. Tidak hanya itu, pembutan
bedengan dan pembuatan parit dilakukan agar drainase air lancar sehingga
tanaman tidak tergenang air. Tanah yang masih berupa bongkahan yang ada
dibedengan dicacah agar tanah menjadi lebih halus dan gembur.
Bendengan yang sudah siap dan sudah rapi diberi pupuk
kandang dari kotoran ayam, kotoran kambing dan pupuk kandang dari kotoran sapi. Pemberian
pupuk kandang dilakukan dengan cara menyebar rata pupuk kebedengan dan
mencampur pupuk dengan tanah yang ada dibedengan dengan cangkul. Pemberian
pupuk dilakukan dengan tujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Lahan yang
sudah diberi pupuk siap untuk ditanami. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal
dengan jarak antar baris 15 cm, dalam barisan 5 cm dengan 2 butir benih
disetiap lubangnya, kemudian benih ditutup kembali dengan tanah yang ada
disekitar bedengan. Dan untuk
tanaman bayam, benih dicampur pasir dengan perbandingan 1:10 kemudian disebar
sebanyak 20 g/10 m2.
2.3. Metode Penanaman
Menanam benih
bayam dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran kambing untuk
satu bedengan dan satu bedengan lagi pupuk kandang dari kotoran kambing dicampur
dengan urea, untuk bedengan tanaman kangkung darat satu bedengan diberi pupuk
kandang kotoran sapi
dan
dan satu bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang kotoran sapi dan urea,
dan untuk tanaman sawi untuk satu bedengan diberi pupuk kandang dari kotoran sapi sedangkan
satu bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang kotoran sapi dan urea serta
yang terakhir menanam benih cabe tumpang sari dengan bawang merah untuk satu
bedengan diberi pupuk kandang dari kotoran ayam dan satu bedengan lagi perpaduan
antara pupuk kandang kotoran ayam dan urea. Jadi diperoleh 4 bedengan tanaman yang hanya
menggunakan pupuk kandang dan 4 bedengan lagi perpaduan antara pupuk kandang
dan urea atau disebut
sistem LEISA.
Tanaman sawi, bayam, cabe, bawang
merah dan kangkung
darat mulai tumbuh normal 2 MST, begitupun pada 2 MST tersebut gulma dan hama
penyakit mulai menyerang tanaman sehingga pada saat inilah mulai dilakukan perawatan tanaman dengan
pengendalian gulma, dan hama penyakit.
Pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan cara manual
atau pun dengan alat seperti kored. Gulma yang tumbuh didekat tanaman dapat
dicabut langsung dengan tangan, karena apabila menggunakan kored tanaman bisa rusak yang
disebabkan oleh jarak tanam yang berdekatan dan akar tanaman pun bisa rusak
akibat terkena kored. Hama yang menyerang dapat dikendalikan dengan memungut
langsung dan membunuhnya atau dengan menggunakan tanaman obat nabati. Dalam praktikum ini tanawan sawi
banyak yang terserang ulat dan kumbang.
Pada minggu ketiga dilakukan pengamatan tanaman sawi, bayam, cabe, bawang
merah dan
kangkung. Pengamatan
tanaman dilakukan dengan memilih
tanaman tidak
boleh memilih tanaman yang berada paling luar tetapi memilih tanaman yang
berada ditengah-tengah
populasi, dipilih secara acak dan tersebar.tanaman bayam memiliki perkecambahan
epigeal yaitu dicirikan dengan kotiledonnya ikut terangkat keatas permukaan
tanah. Tanaman kangkung darat memiliki tipe perkecambahan hipogeal yaitu
dicirikan dengan kotiledonnya tidak ikut terangkat keatas permukaan tanah.
Tanaman sawi, bayam dan kangkung darat dapat dipanen pada minggu
ke-6 atau pada umur 35 hari setelah tanam. Tanaman bayam dipanen dengan cara
dicabut yang kemudian akar tanaman dicuci agar bersih dari tanah yang ikut
terbawa akar pada saat pemanenan. Pemanenan tanaman sawi, bayam dan kangkung yang ditanam dibedengan
yang diberi pupuk kandang dan yang dibedengan diberi pupuk kandang dan urea (LEISA) dipisahkan dan ditimbang
berapa bobot masing-masing bayam dengan perlakuan yang berbeda tersebut dan berapa bobot tanaman yang layak
jual maupun yang tidak layak jual. Setelah itu tanaman dipanen dan ditimbang
berapa bobot setiap tanaman lalu dirata-ratakan.
Sedangkan
untuk tanaman tumpangsari cabe dan bawang merah yang masa panennya agak lama
dari ketiga jenis tanaman yang lain juga akan diberi perlakuan yang sama dengan
ketiga jenis tanaman tadi.
Pasca panen
tanaman sawi, bayam
dan kangkung darat yaitu tanaman bayam dan kangkung darat dibersihkan dari
tanah dan kotoran lainnya menggunakan air, kemudian mengikat batang tanaman yang mau dipasarkan. Sedangkan untuk
tanaman cabe diambil buahnya dan bawang merah diambil umbinya.
Praktikum
budidaya bayam (Amaranthus Sp), sawi, cabe,
bawang merah
dan tanaman kangkung darat (Ipomoea
reptans) untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ayam, kotoran kambing
dan yang berasal dari kotoran sapi juga yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) mendapatkan hasil bahwa, pemakaian pupuk kandang dari kotoran
ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi yang dipadukan dengan urea (sistem
LEISA)
menghasilkan tanaman yang lebih bagus dengan bobot yang lebih berat terutama
hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan yang hanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran
ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi
saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengaruh pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ayam, kotoran kambing
dan yang berasal dari kotoran sapi juga yang dipadukan dengan urea (sistem LEISA) mendapatkan hasil bahwa, pemakaian pupuk kandang dari kotoran
ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi yang dipadukan dengan urea (sistem
LEISA)
menghasilkan tanaman yang lebih bagus dengan bobot yang lebih berat terutama
hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan yang hanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran
ayam, kotoran kambing dan kotoran sapi
saja.
3.2
Saran
Bagi para
petani atau siapapun yang akan berbudidaya tanaman bayam , sawi, cabe,
bawang merah dan
tanaman kangkung sebaiknya memilih pupuk yang tepat untuk menambah unsur hara
tanaman dan sebaiknya kurangi penggunaan bahan kimia karena dapat merusak
ekosistem dan mahluk hidup di dalamnya. Gunakan pupuk kandang dari kotoran ternak karena pupuk tersebut
kandungan haranya sangat tinggi dibandingkan dengan pupuk kimia.
1 komentar:
artikel yang bagus jangan lupa kunjungi kembali website kami gan
Posting Komentar