BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran tentang sistem pertanian
alami, faktor penting yang perlu ditekankan bahwa muatan pertanian alami
sesungguhnya mengandalkan pada sumberdaya lokal seperti penggunaan dan
pemeliharaan bibit lokal, pemanfaatan limbah pertanian alami, kotoran ternak,
maka nilai-nilai kearifan lokal terhadap pengelolaan dan penataan sumberdaya
dengan sendirinya akan menjadi bahan dan sumber dialog ditingkatan petani dan
sekaligus menjadi cara pandang dalam sistem pertanian secara alami.
Dengan demikian, sekaligus untuk menjawab keikut
sertaan dari apa yang dilakukan oleh pihak luar sebatas diperlukan jika petani
hanya memerlukan jawaban atas masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan
persoalan-persoalan praktis di lapangan dan peran dari pihak luar hanya untuk
memfasilitasi dengan pihak lain.
1.1.1.
Komponen Integrated Farming
System
Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu
manusia yang harus dipenuhi kebutuhannya. Pusat ini dikelilingi dengan berbagai
model kegiatan ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain misalnya
peternakan, perikanan, ladang/persawahan dan pengelolaan limbah (waste
treatment). Satu persatu kita akan membahas komponen integrated
farming systemtersebut:
1.1.2.
Sistem Pertanian
Terpadu atau Sistem Pertanian Tanpa Limbah
Mengintegrasikan atau menggabungkan beberapa unit
usaha di bidang pertanian yang dikelola :
- Secara terpadu
- Berorientasi ekologis
- Sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
1.1.3.
Azas Integrated
Farming System
· Keterpaduan
(pembangunan menyeluruh, lintas sektor dan lintas daerah).
· Kegotongroyongan
(menumbuhkan rasa kebersamaan).
· Keswadayaan (usaha
kemandirian).
· Partisipatif (mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan hasilnya).
· Terdesentralisasi
(terdelegasikan pada semua komponen yang terlibat).
1.1.4.
Prinsip Integrated Farming System
- Biomasa yang tersedia dapat dijadikan bahan pakan.
- Spesies atau jenis ternak yang sesuai dengan kondisi agroekologi dan sosial budaya masyarakat.
- Manajemen pemeliharaan harus seimbang antara sistem perkandangan, aspek veteriner, pengolahan dan pemanfaatan kompos, maupun diversifikasi usaha yang kemungkinan timbul.
- Dukungan inovasi teknologi lain dan kelembagaan yang tepat.
1.1.5.
Integrated Farming
System Berbasis Tanaman Pangan Dan Perkebunan
Keunggulan Sistem Pertanian Tanpa Limbah Atau Sistem
Pertanian Terpadu
·
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
·
Memaksimalkan daur ulang hingga mencapai zero
waste (tanpa limbah).
·
Meminimalkan kerusakan lingkungan atau ramah
lingkungan.
·
Keanekaragaman atau diversifikasi usaha.
·
Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai
dalam jangka panjang.
·
Menciptakan kemandirian atau zero cost.
Mengapa Harus
’’Limbah’’?
·
Terbuang, bahkan menjadi ‘masalah’ dan ‘kendala’ dalam
usaha tani atau agribisnis.
·
Pada saat ‘paceklik’ tidak tersedia pakan, tapi pada
saat panen ‘terbuang’.
·
Kualitas ‘rendah’, harus ‘diperkaya’ secara fisik,
dan/atau biologis (probiotik).
·
Tersedia dalam jumlah yang memadai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Integrated
Farming System
Integrated Farming
System,
atau sistem pertanian terpadu (Indonesia, red), didefinisikan
sebagai penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha
pertanian yang terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis
teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang
dihasilkan. Di Indonesia, model usaha ini masih sebatas wacana karena masih
kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi.
Padahal usaha ini sangat cocok digunakan di Indonesia yang memiliki iklim
tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi.
Beberapa metode diversifikasi pertanian seperti minapadi (padi dengan ikan)
dan longyam (balong ayam/ ikan dengan ayam) mengadopsi
model integrated farming system ini.
2.1.1.
Manusia
Manusia sebagai
makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrated
farming system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi
juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik.
Skema
alur interaksi antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam integrated
farming system
2.1.2.
Peternakan
Peternakan memainkan
peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam integrated
farming system. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ
tubuh lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal
dari hasil penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan
kotoran).
Dalam mendesain
komponen peternakan yang akan digunakan untuk integrated farming system faktor
biosekuriti adalah faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Adalah
pencegahan penularan penyakit antar hewan yang menjadi fokus biosekuriti
tersebut.
Di lapangan,
kombinasi antar hewan ternak umumnya jarang dilakukan. Biasanya ternak
dikombinasikan dengan ikan. Jikapun ada, biasanya dipelihara dalam kandang atau
lokasi berbeda, terpisah jarak yang jauh juga sistem kerja yang terpisah, atau
dengan kata lain, tidak berhubungan satu sama lain. Contohnya adalah pekerja di
kandang ayam tidak boleh masuk ke kandang sapi begitupun sebaliknya.
2.1.3.
Persawahan atau Ladang
Syarat tanaman yang
bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa menyediakan pakan untuk
peternakan. Padi, jagung bawang merah dan kacang tanah serta rumput dapat
digunakan dalam integrated farming system. Perhatikan bahwa padi
yang digunakan harus berlabel biru atau yang tahan terhadap air yang agak
tinggi. Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan sisa batang dapat
digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan biogas dan kompos.
2.1.4.
Perikanan
Ikan yang digunakan
untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan
ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan
yang sering digunakan adalah lele. Ikan dapat dipelihara secara tunggal (monoculture)
atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai
kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan.
Nutrisi untuk ikan
berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan ternak. Selain
yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan
plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga
memilih ikan yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan lele.
Ikan lele adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming
system.
2.1.5. Waste
Treatment
Komponen ini berperan
dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari
pengolahan limbah tersebut adalah:
·
Kompos dan pupuk
kandang
Bahan pembuat kompos
adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan
lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%)
dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi minimal 40% dan
kotoran ayam 25%.
Teknik pembuatannya
adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 lokasi (lokasi 1, 2,
3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut dinaungi agar
pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Proses
pembuatannya diawali dengan membiarkan kotoran sapi (feses dan urin) selama 1
minggu agar kadar air menurun hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu
dan dicampur merata dengan jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter.
Setelah satu minggu
tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara diaduk/ dibalik secara merata
untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini
diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga 70OC untuk mematikan
pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma.
Dan kompos didapat telah siap digunakan.
· Biogas
Biogas terbentuk dari
hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang terdiri atas
karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%),
nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen
terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang
dihasilkan juga menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3)
metana yang setara dengan 10 kwh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan
lampu 60-100 watt selama 6 jam. Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan
energi skala rumah tangga.
Pada dasarnya, biogas
dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap feses ternyata memiliki
kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas karena
sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu, perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen)
feses sapi adalah yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat tumbuh
lebih baik.
Lain halnya dengan
feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam tersebut memiliki
kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam
pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga mengandung lebih banyak
nitrogen dan mekar lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk
lebih banyak.
Prinsip utama
pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah kedap udara. Gambar di
bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan dua tabung yang saling
berhubungan. Melalui pipa (lubanginlet), kotoran dan air dimasukkan
menuju tabung pertama. Perbandingan kotoran dengan air adalah 1:2. Jika kotoran
terlalu padat maka biogas yang dihasilkan tidak optimal karena sulit dibebaskan
ke biodigester.
Ilustrasi pembuatan
biogas dari kotoran ayam.
Letak tabung pertama
harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat kotoran baru dimasukkan ke
tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke tabung kedua. Di tabung pertama
inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa peternak menggunakan plastik yang
didesain sedemikian rupa membentuk balon berisi biogas sebagai penampung
biogas. Plastik ini biasanya digantung di langit-langit kandang dan terlindung
dari hujan dan panas. Dari penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke
rumah-rumah menggunakan selang plastik.
Tabung kedua
berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga tempat pengambilan
ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah adalah endapan kotoran,
berarti proses berjalan baik. Namun jika yang tampak adalah air maka dipastikan
telah terjadi kebocoran instalasi atau terjadi proses biogas yang tidak.
Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang mengandung desinfektan dan
antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos dan biogas. Tindakan ini akan
mematikan mikroorganisme tersebut.
2.2. Kelebihan dan Kelemahan Integrated
Farming System
Tentunya sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara
lain:
1. Sepanjang penggunaan
obat-obatan masih mengikuti aturan pakai, sistem ini sangat ramah lingkungan
2. Efisiensi energi,
karena tidak ada energi yang terbuang percuma
3. Meningkatkan
efektivitas lahan, dengan luas lahan yang sama, peternak bisa memiliki dua
usaha sekaligus
4. Sumber dana terus
menerus tanpa waktu kosong
Meski
begitu, peternak tetap memperhitungkan beberapa hal yaitu :
1. Resiko penularan
penyakit antar hewan. Biosekuriti ketat dan tidak memelihara lebih dari satu
hewan ternak dapat menjadi solusi
2. Daya tampung satu
komponen terhadap komponen lain agar tercipta keseimbangan. Contoh, populasi
ayam harus menyesuaikan populasi ikan di kolam agar ikan tidak keracunan
ammonia
3. Peningkatan
resistensi antibiotik di lingkungan. Solusinya adalah rolling antibiotik
dilakukan lebih sering dan mengikuti aturan pakai yang telah ditetapkan
2.3. Pengelolaan Integrated
Farming System
Pengelolaan integrated farming system :
2.3.1.
Ayam-Ikan-Padi
Adaptasi sistem ini
adalah longyam atau balong ayam. Keuntungan sistem ini adalah:
·
Efisiensi pakan ikan yang berasal dari kotoran ayam
dan jatuhan pakan ayam (± 1-5% dari pakan yang diberikan ke ayam)
·
Efisiensi lahan diatas kolam yang tidak dimanfaatkan
Sistem ini kami
gunakan untuk ayam kampung karena kepadatan ayam yang berada di atas kolam
lebih rendah. Ayam kampung pun dinilai lebih mudah beradaptasi terhadap
lingkungan kandang longyam.
Kandang dibangun di
atas kolam berbentuk bujur sangkar 14 m x 15 m dengan ketinggian 1,5 meter dari
permukaan air dan kedalaman kolam 2 meter. Tujuannya untuk sirkulasi udara dan
mencegah pelembaban lantai kandang oleh kolam. Ikan lele kami gunakan untuk
sistem ini karena sangat toleran dengan level oksigen yang rendah. 210 m2 kolam
dapat menampung 250 ekor ikan lele anakan.
Padi sebagai komponen
terakhir akan memanfaatkan air dari kolam ikan yang kaya dengan unsur-unsur
hara. Timbal baliknya adalah sisa panen padi berupa sekam dapat dimanfaatkan
sebagai litter kandang dan jerami dapat dijadikan kompos.
2.3.2.
Kacang Tanah - Rumput – Sapi – Kambing - Cacing Tanah - Biogas
Model ini juga
menarik untuk dikembangkan. Rumput dan daun kacang tanah sebagai sumber energi
dalam pakan ternak. Penambahan maksimal 5% dalam pakan akan meningkatkan berat badan
sapi, kambing karena peningkatan jumlah energi dalam pakan. Penambahan 2-5%
akan meningkatkan palatabilitas (cita rasa) pakan. Jika dicampur dengan pupuk
urea, bungkil kelapa, tepung batu gamping, dedak padi, gandum, dan garam dapat
membentuk UMB (urea molasses block) yang dapat digunakan sebagai
suplemen pakan.
Dalam sistem ini,
kotoran sapi dan kambing berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan
bahan baku biogas. Ternyata feses sapi adalah media terbaik untuk membiakkan
cacing tanah karena kandungan protein tercernanya rendah. Sebelum dijadikan
media pembiakkan, feses tersebut harus difermentasikan selama tiga minggu.
Cacing tanah yang
dapat dibiakkan ialah Lumbricus rubellus dan Eisenia
foetida. Setelah 40 hari di-biakkan, telur dan cacing tanah dapat dipanen.
Bahkan, media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi yang disebut
vermikompos. Dari 50 kg media pembiakkan, dapat diperoleh 35 kg vermikompos.
Vermikompos mengandung Phospor (0,6-0,7%), Kalium (1,6-2,1%), Nitrogen total (1,4-2,2%),
C/N rasio (12,5-19,2), Magnesium (0,4-0,95%), Calsium (1,3-1,6%), pH 6,5-6,8
dengan kandungan bahan organik mencapai 40,1–48,7%. Vermikompos dan pupuk
kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan juga
buah-buahan.
2.4. Pembuatan Integrated Farming System
Proses integrated
farming system mencakup faktor-faktor di bawah ini yaitu:
2.4.1.
Modal
Penekanan faktor
modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya
pembuatan kandang, pembuatan kolam, harga tanah untuk lahan persawahan/ ladang
dan sebagainya. Peternak dapat meninjau modal teknis dari kondisi lingkungan
seperti ketersediaan air bersih, agen penyakit, suhu, kondisi tanah dan
sebagainya. Lakukan survei pendahuluan untuk memetakan bagaimana desain integrated
farming system yang akan dibuat. Lalu perhitungkan berapa modal yang
dibutuhkan, kapan modal akan kembali, berapa besar resiko yang akan dihadapi
dan sebagainya.
2.4.2.
Tenaga Kerja
Perbandingan
kebutuhan tenaga kerja jika membangun suatu integrated farming system. Akan
lebih hemat jika menggabungkan padi dengan ikan dibandingkan yang lainnya.
2.4.3.
Teknologi
Pemakaian teknologi
lebih baik tentu berakibat pada dua hal yaitu modal dan tenaga kerja.
Penggunaan teknologi yang modern dalam budidaya ikan tentunya akan menurunkan
biaya untuk tenaga kerja.
2.4.4.
Keuntungan
Keuntungan bersih
didapatkan dari selisih antara biaya (cost) dan pendapatan kotor (bruto).
Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi. Biaya tetap (fixed cost/
FC) digunakan untuk biaya yang harus keluar meski usaha sedang tidak berjalan
misalnya penyusutan kandang, retribusi dan sebagainya. Biaya berubah (variable
cost / VC) adalah biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi.
Contoh, biaya pakan, pupuk, obat-obatan dan sebagainya. Keduanya harus
dijumlahkan dan digabungkan menjadi biaya total.
Keuntungan berasal
dari penjualan hasil produksi. Berdasarkan tabel 1, usaha yang paling
menguntungkan dalam integrated farming system adalah
perikanan. Penyebab utama adalah biaya pakan ikan turun drastis.
BAB
III
ANALISIS USAHA TANI
DAN TERNAK
3.1
Analisis Usaha Tani Padi
Tabel
1. Analisis Usaha Tani Padi
No
|
Uraian
|
Volume
|
Satuan
|
Harga Satuan
|
Jumlah Harga
|
(Rp)
|
(Rp)
|
||||
Dalam satu kali masa panen
|
|||||
A
|
Input
|
|
|
|
900.400
|
1
|
Sarana produksi
|
|
|
|
125.400
|
|
Benih
|
1,5
|
kg
|
10.000
|
15.000
|
|
Pupuk kandang/petroganik *)
|
60,0
|
kg
|
|
-
|
|
Pupuk SP-36
|
3,0
|
kg
|
2.000
|
6.000
|
|
Pupuk urea
|
12,0
|
kg
|
1.800
|
21.600
|
|
Pupuk NPK Phonska
|
18,0
|
kg
|
2.500
|
45.000
|
|
Pestisida/insektisida
|
0,1
|
liter
|
75.000
|
9.000
|
|
Karung/sak
|
9,6
|
buah
|
3.000
|
28.800
|
2
|
Biaya operasional
|
-
|
|
775.000
|
|
|
Pengolahan tanah*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Sewa traktor
|
0,5
|
Hari
|
700.000
|
350.000
|
|
Penyemaian*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pencabutan bibit*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Penanaman*)
|
1,0
|
HOKW
|
|
-
|
|
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Penyiangan*)
|
2,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pemupukan*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pengendalian hama penyakit*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Panen (sewa threser)
|
0,5
|
Hari
|
850.000
|
425.000
|
|
Pasca panen*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pengeringan*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
B
|
Output
|
-
|
|
1.365.000
|
|
1
|
Hasil GKP
|
4,8
|
kuintal
|
|
-
|
2
|
Penyusutan
|
0,9
|
kuintal
|
|
-
|
3
|
Hasil GKG
|
3,9
|
kuintal
|
350.000
|
1.365.000
|
C
|
Keuntungan
|
|
|
|
464.600
|
Keterangan :
|
|||||
*) Di lakukan sendiri bersama
istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya
|
|||||
Luas tanah 600 m2
|
3.2
Analisis Usaha Tani Jagung
Tabel 2. Analisis Usaha Tani Jagung
No
|
Uraian
|
Volume
|
Satuan
|
Harga Satuan
|
Jumlah Harga
|
(Rp)
|
(Rp)
|
||||
Dalam satu kali masa panen
|
|||||
A
|
Input
|
|
|
691.000
|
|
1
|
Sarana produksi
|
|
|
171.000
|
|
|
Benih
|
0,4
|
kg
|
160.000
|
67.200
|
|
Pupuk Organik
|
0,6
|
ton
|
|
-
|
|
Pupuk Npk Ponska
|
12,0
|
kg
|
3.000
|
36.000
|
|
Pupuk Knoɜ
|
3,0
|
kg
|
15.000
|
45.000
|
|
Pupuk Pelengkap Cair
|
0,1
|
liter
|
85.000
|
10.200
|
|
Furadan
|
0,2
|
bungkus
|
20.000
|
3.600
|
|
Kapur Pertanian
|
0,6
|
bantal
|
15.000
|
9.000
|
2
|
Biaya Tetap
|
-
|
|
520.000
|
|
|
Cangkul
|
2
|
Buah
|
50.000
|
100.000
|
|
Kored
|
5
|
Buah
|
20.000
|
100.000
|
|
Emrat
|
5
|
Buah
|
50.000
|
250.000
|
|
Garpuh
|
1
|
Buah
|
70.000
|
70.000
|
3
|
Biaya operasional
|
-
|
|
-
|
|
|
Pengolahan tanah*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Penanaman*)
|
1,0
|
HOKW
|
|
-
|
|
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Penyiangan*)
|
2,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pemupukan*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pengendalian hama penyakit*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Penyemprotan *)
|
1,0
|
HOK
|
|
|
|
Pasca panen*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
|
Pengeringan*)
|
1,0
|
HOK
|
|
-
|
B
|
Output
|
-
|
|
1.500.000
|
|
1
|
Hasil 1 kali panen
|
600
|
kg
|
2.500
|
1.500.000
|
C
|
Keuntungan
|
|
|
809.000
|
|
Keterangan :
|
|||||
*) Di lakukan sendiri bersama
istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya dan pupuk organik dari
pengomposan feses sapi, kambing, ayam
|
|||||
Luas tanah 600 m2
|
3.3
Analisis Usaha Tani Kacang Tanah
Tabel 3. Analisis Usaha Tani Kacang Tanah 1 kali
masa panen dengan Luas Lahan 196 m2
No.
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan
|
Jumlah Biaya
|
|
(Rp.)
|
(Rp.)
|
||||
A
|
Tenaga Kerja :
|
|
|
|
|
|
Pengolahan Lahan*)
|
196
|
m2
|
|
|
|
Tanam*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Pemupukan*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Penyiangan*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Penyemprotan*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Panen*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Pengangkutan*)
|
1
|
HOK
|
|
-
|
|
Jumlah
|
|
|
|
-
|
|
|
|
|
|
|
B
|
Sarana Produksi :
|
|
|
|
|
|
Benih
|
1,6
|
Kg
|
12.000
|
19.200
|
|
Urea
|
0,5
|
Kg
|
2.000
|
1.000
|
|
TSP
|
1
|
Kg
|
2.500
|
2.500
|
|
KCL
|
1
|
Kg
|
4.000
|
4.000
|
|
Kandang *)
|
10
|
Kg
|
|
-
|
|
Pestisida
|
0,02
|
Lt
|
100.000
|
2.000
|
|
Jumlah
|
|
|
|
28.700
|
|
JUMLAH A+B (I)
|
|
|
|
28.700
|
|
|
|
|
|
|
C
|
Hasil Panen (O)
|
26
|
Kg
|
5.000
|
130.000
|
|
Pendapatan (C-(A+B))
|
|
|
|
101.300
|
|
|
|
|
|
|
|
O/I Rasio
|
|
|
|
4,53
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
|
|||||
*) Di lakukan sendiri bersama
istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya
|
|||||
Pupuk kandang yang dipakai dari hasil pengomposan feses ternak sapi dan
kambing serta ayam
|
3.4
Analisis Usaha Tani Bawang Merah
Tabel 4. Analisis
Usaha Bawang Merah
Modal Kerja
|
Unit
|
Volume
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
I. Modal Tetap
1.
Saung
2.
Reservoir air
3.
Alat-alat:
a.
Cangkul
b.
Sprayer
c.
Timbangan
d.
Kepang/gribig
e.
Drum plastik
f.
Gunting bawang
g.
Gacok tangan
h.
Embrat
i.
Ember plastik
j.
Sarung tangan karet
k.
Volumetri plastik
|
Unit
Unit
Buah
Buah
Buah
Lembar
Buah
Buah
Buah
Pasang
Buah
Pasang
Buah
|
4 m x 6 m
5 (1x1x5m)
2
2
1
4
2
5
5
2
20
2
1
|
3.500.000
50.000
17.500
200.000
150.000
15.000
55.000
5.000
6.000
12.000
3.000
8.000
5.000
|
3.500.000
250.000
35.000
400.000
150.000
60.000
110.000
25.000
30.000
24.000
60.000
16.000
5.000
|
Sub total I
|
4.665.000
|
|||
II. Modal Kerja
1.
Bibit
2.
Pupuk
a.
Pupuk kandang
b.
NPK (15:15:15)
c.
Urea
d.
ZA
e.
PPC Sitozim
f.
MnSO4
g.
Teepol
1.
Pestisida
a.
Fungisida
b.
Insektisida
c.
CM akar
d.
Bokosi
e.
Stiker
f.
Ugratas biru
1.
Tenaga kerja
a.
HKW (hari kerja
wanita)
b.
HKP (hari kerja
pria)
c.
Penjaga malam
d.
Tenaga ahli
5. Lain-lain 10%
|
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Ltr
Kg
Ltr
Kg
Ltr
Ltr
Ltr
Ltr
Buah
Hr
Hr
2,5 Bln
|
1.000
15.000
400
100
100
1
2
4
15
17
2
2
17
30
336
203
2
|
12.000
90
-
500
560
90.000
12.500
9.000
37.000
38.000
12.500
12.500
7.000
2.000
4.000
6.000
150.000
|
12.000.000
1.350.000
-
50.000
56.000
90.000
25.000
36.000
555.000
646.000
25.000
25.000
119.000
60.000
1.344.000
1.218.000
750.000
|
Sub total II
|
18.349.000
|
|||
Grand total Biaya = I + II
|
23.014.000
|
|||
Pendapatan = [(600 x 10) x 85%] x 8.500
|
43.350.000
|
|||
Keutungan = Pendapatan – Total biaya
|
20.336.000
|
3.5
Analisis Usaha Ternak Sapi
3.5.1. Analisis Usaha Ternak Sapi
·
Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan dan
tidak diperhitungkan untuk sewa lahannya.
·
Sapi bakalan yang dipelihara sebanyak 20 ekor jenis PO dengan harga awal
Rp. 7.000.000/ekor dan berat badan sekitar 250 kg/ekor
·
Sapi dipelihara selama 6 bulan dengan penambahan berat badan sekitar 0,7
kg/ekor/hari
·
Kandang yang dibutuhkan seluas 105 M2 dengan biaya Rp.
400.000/M2
·
Penyusutan kandang 20 %/tahun dengan demikian penyusutan untuk satu periode
10 %
·
Sapi membutuhkan obat-obatan sebesar Rp. 60.000/ekor/periode
·
Tenaga kerja 3 orang dengan gaji Rp. 500.000/bulan
·
Peralatan kandang dibutuhkan sebesar Rp 1.500.000/tahun, dengan demikian
untuk satu periode Rp. 750.000
·
Kotoran yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 20.000 kg dengan harga
Rp. 200/kg
·
Pakan yang diperlukan untuk satu periode
o
HMT = 40 kg x 20 x 180 x Rp.100
o
Konsentrat = 3 kg x 20 x 180 x Rp. 1.500
o
Pakan tambahan = 3 kg x 20 x 180 x Rp. 200
A. MODAL USAHA
Biaya Investasi
1. Pembuatan kandang 105 M2 x
Rp. 400.000
Rp. 42.000.000
2. Peralatan kandang
Rp. 1.500.000
Biaya Variabel
1. Sapi bakalan 20 x Rp. 7.000.000
Rp. 140.000.000
2. HMT
Rp.
14.400.000
3. Konsentrat
Rp. 16.200.000
4. Pakan Tambahan
Rp. 2.160.000
Total Biaya Variabel
Rp. 172.760.000
Biaya Tetap
1. Tenaga Kerja 3 orang x 6 x Rp.
500.000
Rp. 9.000.000
2. Penyusustan kandang 10 % x Rp. 42.000.000
Rp. 4.200.000
3. Penyusutan peralatan
Rp. 750.000
Total Modal Tetap
Rp. 13.950.000
TOTAL BIAYA PRODUKSI = Rp. 172.760.000
+ Rp. 13.950.000 = Rp. 186.710.000
B. PENERIMAAN
Penjualan sapi dan kotoran
·
Penambahan berat badan 0,7 kg x 180 = 126 kg/ekor/periode dan berat badan
sapi sekarang untuk setiap ekor adalah 376 kg, untuk berat keseluruhan adalah 20
x 376 kg = 7.520 kg dengan harga Rp. 35.000/kg. jadi uang yang didapat adalah
Rp. 263.200.000
·
Penjualan kotoran ternak 20.000 x Rp. 200 = Rp. 4.000.000
TOTAL PENERIMAAN = Rp. 263.200.000
+ Rp. 4.000.000 = Rp. 267.200.000
Tetapi karena kotoran sapi tidak dijual
di pakai sendiri untuk pupuk kompos dan biogas maka Total Penerimaan hanya dari
penjualan sapi saja yaitu Rp. 263.200.000
KEUNTUNGAN = Rp. 263.200.000 - Rp. 186.710.000= Rp. 76.490.000
3.6.
Analisis Usaha Ternak Kambing
3.6.1. Analisis Hasil Usaha Ternak Kambing
Modal (faktor produksi) / 30 ekor kambing: Bibit (anak kambing) = Rp 6.000.000/ 30 ekor Kandang dan peralatannya =
Rp. 5.000.000 (kandang kambing sederhana)
Pakan hijauan = Rp 60.000/ bulan
Pakan konsentrat = Rp. 120.000/ bulan
Upah tenaga kerja = Rp. 500.000/ bulan
Total pengeluaran bulan pertama= Rp. 11.680.000.
Total pengeluaran 11 bulan berikutnya = 11 x Rp. 680.000
= Rp. 7.480.000.
Total pengeluaran selama 12 bulan = Rp. 19.160.000.
Harga jual kambing saat ini = Rp. 1.500.000
(harga minimal kambing dewasa umur 12 bulan)
Pendapatan dari penjualan kambing = 30 x Rp. 1.500.000
= Rp. 45.000.000
Keuntungan yang didapat 12 Bulan= 45.000.000 – Rp. 19.160.000 = Rp. 25.840.000 (hanya dari penjualan kambing dewasa)
Keuntungan yang didapat 12 Bulan= 45.000.000 – Rp. 19.160.000 = Rp. 25.840.000 (hanya dari penjualan kambing dewasa)
Dari perhitungan
sederhana diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan memelihara 300 ekor kambing
seorang peternak dapa memperoleh laba sebesar Rp. 25.840.000/12 bulan.
Perhitungan tersebut dengan asumsi kita tidak memperoleh anak kambing dari
peternakan tersebut, asumsi ini memang jarang terjadi sebab biasanya 1 ekor
kambing betina dewasa akan menghasilkan anak minimal 1 ekor per tahun. Pada
periode berikutnya biasanya modal yang dikeluarkan akan semakin berkurang sebab
biaya kandang tidak dikeluarkan lagi.
3.7.
Analisis Usaha Ternak Ayam Kampung
3.7.1. Analisa
Budidaya Ayam Kampung
Untuk mengetahui
berapa besar modal yang harus diinvestasi dalam usaha pemeliharaan ayam kampung
dan berapa jumlah keuntungan yang diperoleh, maka dibawah ini penulis mencoba membuat
perhitungan berdasarkan catatan harian pengeluaran seorang peternak. Ukuran
kandang panjang 10 meter lebar 5 meter dan tinggi 3 meter. Ukuran pagar
keliling, panjang 15 meter, lebar 140 meter dan tinggi 2,7 meter.
Kandang tersebut
digunakan untuk memelihara 155 ekor ayam muda yang terdiri dari 150 ekor ayam
betina dan 5 ekor jantan dengan umur rata-rata 4 bulan. Ayam-ayam anakan
tersebut dibeli dengan Rp 15.000,00/ekor. Porsi pakan 100 gr /ekor/hari, pada
bulan ke dua dan ke tiga porsi pakan di naikkan masing-masing sebesar 20%dan
25%.
Di bulan ke empat
dari masa pemeliharaan ayam–ayam tersebut telah mulai bertelur, dengan jumlah
rata-rata 15 butir per periodenya. Untuk meningkatkan jumlah produksi telor,
sengaja peternak menerapkan metode siklus reproduksi, yaitu dengan jalan :
1. memisahkan induk dari telurnya dengan hanya
satu butir telor pada sarangannya .
2. pada induk–induk yang mulai memperlihatkan
tanda-tanda mengeram secepatnya di mandikan
Dari kedua perlakuan
diatas maka ditahun satu masa produksinya dapat diatur sebanyak lima kali . Pada
bulan ke 7 dari keseluruhan produksi telor 10% dieramkan sedangkan sisanya
dijual. Untuk tugas pengeraman sengaja digunakan untuk ayam sebanyak 20 ekor,
sehingga pada bulan ke delapan terjadi penurunan produksi telur .
Setelah menetas induk
dan DOC dipisah, kemudian induk dimandikan. Pada bulan ke sembilan produksi
telur mulai meningkat. Dalam produksi ayam kampung ini yang perlu di ketahui
adalah :
- Fertilitas =96%
-Daya tetas =90 %
-Kematian = 3%
-Umur Penetasan 21 hari
-Pemberian faksin dilakukan sebanyak 4 kali selama
pemeliharaan.
DOC setelah dipisah
dari induknya ditempatkan dalam kotak dos beralaskan sekam padi yang di campur
sedikit kapur, tanpa diberi bantuan induk buatan (Listrik lampu minyak) sedang
sebagai sumber penghangat DOC akan memperoleh dari panas tubunya sendiri. Pada
pemeliharaan ditahun kedua siklus reproduksi pertahunya diatur sebanyak 11
kali, dengan demikian diharapkan pada peningkatan dalam jumlah produksi (telur)
selain itu pada pemeliharaan ini ada tambahan populasi ayam sebanyak 175 ekor
betina dan 8 ekor pejantan.
Dibulan kelima
ayam-ayam tersebut sudah mulai bertelur, dengan demikian ada kenaikan dalam
jumlah produksi telur. Dari jumlah produk perharinya, resiko pecah atau retak
diperhitungkan sebanyak 6 butir atau 180 per bulan (angka rata-rata), dan ini
oleh peternak dimanfaatkan untuk lauk. Sehingga total keseluruhan yang
dikomsumsi adalah 17x180 butir=30.60 butir, sedang yang dijual sebanyak 49.300
butir dengan harga Rp. 1.500.-
A. Pemberian Pakan
1.Untuk ayam muda –dewasa, 100 gr /ekor/hari
Jumlah pakan per hari untuk 155 ekor =(100x 155) kg:
1000 = 15,5 kg.
Jumlah pakan bulan I = 30x15,5 kg = 465 kg
Jumlah pakan bulan II= (0,2x465 kg)+465 kg = 558 kg
Jumlah pakan bulan III= (0,25x558kg)+558kg = 697,5 kg
Jumlan pakan bulan IV – umur 2 tahun = 17x697,5 kg
=11.857,5 kg
Total pemberian pakan =13,578 kg
2. Untuk DOC 60 gr/ekor/hari, sampai umur 3 bulan
Jumlah pakan untuk 189 DOC (189 x 60)kg :1000 = 11,34
kg
Jumlah pakan bulan I 30 x 11,34kg = 340,20 kg
Jumlah pakan bulan II(mortalitas 3%)(0,15x60)+60x183
x30x1kg = 378,81 kg
jumlah pakan bulan III (0,15x378,81kg)+378,81kg =
435,63 kg
Total pemberian pakan = 1.154,64
kg
3. Untuk ayam muda –dewasa, 100gr/ekor/hari
Jumlah pakan per hari untuk 183 ekor (100x183)kg: 1000
= 18,3 kg
Jumlah pakan bulan I =30x18,3 = 549 kg
Jumlah pakan bulan II =(0,2x549)kg+549kg = 658,8kg
Jumlah pakan bulan III =(0,25x658,8)kg+658,8kg =
823,5kg
Jumlah pakan bluan IV –bulan keXI = 10x823,5kg = 8.235
kg
Total pemberian pakan = 10.266,3kg
B. Analisa Biaya
1. Input
a. Biaya Infestasi
-Pembuatan kandang tahun 1 = Rp.35.000,00
-Pembuatan kandang dan Box tahun 11 =Rp.40.000,00
-Pembuatan pagar keliling =Rp.125.000,00
Total biaya investasi =Rp.200.000,00 (1)
b. Biaya Operasi
-Pembelian 155 ekor ayam=155xRp 15.000,00 =Rp.2.325.000,00
-Pembelian pakan untuk 155 ekor ayam=13.578xRp120,00
=Rp.1.629.360,00
-Pembelian pakan untuk 189 DOC sampai umur 3 bulan
=1.154,64xRp.120,00 = Rp.138.557
-Pembelian pakan untuk 183 ekor
ayam=Rp.10.266,3x120,00 =Rp.1.231.956,00
Total pembelian pakan =Rp.2.999.872,80
-Biaya vaksin dan obat cacing untuk ayam muda dan
dewasa =Rp.3.000 ,00
-Biaya vaksin dan obat cacing/DOC =Rp.1.000 ,00
Total biaya operasi =Rp.2.325.000,00 +
Rp.2.999.872,80 + Rp 4000,00 =Rp.5.328.873
c. Penyusutan dan Perbaikan
-Penyusutan kandang 1 tahun =Rp.2.500.000,00
-Penyusutan pagar 1 tahun =Rp.3.000.000,00
-Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 4.000.000,00
` -Perbaikan kandang 1 tahun =Rp. 5.000.000,00 Total
=Rp. 14.500.000,-
2.Output
-Penjualan telur selama pemeliharaan= 49.300x Rp1.500,00=Rp
73.950.000,00
-Penjualan ayam afkir @Rp40.000,00 =Rp 6.200.000,00
-Penjualan dari telur yang dikomsumsi =3060x500=Rp
1.530.000,00
Total Rp 81.680.000,00
C. Keuntungan Yang Diperoleh
Rp 81.680.000,00 – Rp 19.828.873.00 = Rp. 61.851.127,00
Rp. 61.851.127,00 : 12 bln = Rp 5.154.261,00
/bln
3.8.
Analisis Usaha Ternak Ikan Lele
3.8.1.
Analisis Usaha Ternak Ikan Lele
1.
|
Investasi
|
||||
|
a.
|
Bak
kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,-
|
=
|
Rp
|
1.500.000,-
|
|
b.
|
Drum
plastik 5 buah @ Rp 150.000,-
|
=
|
Rp
|
750.000,-
|
|
|
|
|
Rp
|
2.250.000,-
|
2.
|
Biaya Tetap
|
||||
|
a.
|
Penyusutan
bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn
|
=
|
Rp
|
750.000,-
|
|
b.
|
Penyusutan
drum plastik Rp 750.000,-/5 thn
|
=
|
Rp
|
150.000,-
|
|
|
|
|
Rp
|
900.000,-
|
3.
|
Biaya Variabel
|
|
|
|
|
|
a.
|
Pakan
100 kg @ Rp 3700 selebihnya dari feses ayam
|
=
|
Rp
|
370.000,-
|
|
b.
|
Benih
ukuran 5-8 cm sebanyak 5.000 ekor @Rp 100,-
|
=
|
Rp
|
500.000.-
|
|
c.
|
Obat-obatan
2 unit @ Rp 50.000,-
|
=
|
Rp
|
100.000,-
|
|
d.
|
Alat
perikanan 1 paket @ Rp 100.000,-
|
=
|
Rp
|
100.000,-
|
|
e.
|
Tenaga
kerja tetap (dikerjakan sendiri)
|
=
|
Rp
|
0,-
|
|
f.
|
Lain-lain
12 bln @ Rp 100.000,-
|
=
|
Rp
|
1.200.000,-
|
|
|
|
|
Rp
|
2.270.000,-
|
4.
|
Total Biaya
|
|
Rp
|
5.420.000,-
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pendapatan
|
|
Rp
|
13.000.000,00
|
|
|
Produksi
lele konsumsi 1000 kg x Rp 13.000/kg -,
|
|
|
|
|
6.
|
KEUNTUNGAN
|
|
Rp
|
7.580.000,-
|
Tabel
5. Perbandingan tenaga kerja, modal, teknologi dan keuntungan berbagai
komponen integrated farming system seluas 1500 m2
Komponen
|
Tenaga Kerja
|
Modal Tetap
|
Keuntungan Bersih
|
Teknologi
|
Padi
|
Dikerjakan Sendiri
|
900.400
|
464.600
|
Mina
Padi
|
Jagung
|
Dikerjakan Sendiri
|
691.000
|
809.000
|
Mina
Padi
|
Bawang Merah
|
Dikerjakan Sendiri
|
23.014.000
|
20.336.000
|
Mina
Padi
|
Kacang Tanah
|
Dikerjakan Sendiri
|
28.700
|
101.300
|
Mina
Padi
|
Ikan Lele
|
Dikerjakan Sendiri
|
5.420.000
|
7.580.000
|
Mina
Lele ayam
|
Ayam Kampung
|
Dikerjakan Sendiri
|
19.828.873
|
61.851.127
|
Mina
Lele ayam
|
Sapi
|
3
Pekerja
|
186.710.000
|
76.490.000
|
|
Kambing
|
1
Pekerja
|
19.160.000
|
25.840.000
|
|
JUMLAH
|
255.752.973
|
193.472.027
|
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Manajemen
penataan lingkungan yang baik pada usaha agribisnis sangat diperlukan untuk
melahirkan aktifitas yang mampu meningkatkan daya dukung lahan dengan
termanfaatkannya limbah organik sisa usaha menjadi kompos, sehingga akan memberikan
suasana yang nyaman, menghilangkan gangguan karena limbah usaha, nilai estetika
tinggi dan kemudahan dalam melakukan aktifitas. Mengaplikasikan ‘zero
waste’ sekaligus ‘zero
cost’
Berdasarkan
pengalaman di lapangan :
- Secara teknis layak, secara ekonomi feasible, sesuai dengan sosial budaya masyarakat, ramah lingkungan dan menguntungkan petani karena dengan modal yang sedikit bisa mendapat keuntungan yang banyak.
- Model integrasi dapat dilakukan secara in-situ maupun ex-situ, ada siklus biologis yang tidak terputus.
- Integrasi meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan pemanfaatan by product sehingga akan menurunkan cost of production dan sekaligus meningkatkan pay of income
Beginilah
mengenai integrated farming system yang dapat kami berikan.
Mudah-mudahan ilmu ini akan menjadi sebuah masa depan yang baik oleh usaha
pertanian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar